Kamis, 02 Desember 2010

REIKI NAQS (ISLAMIC REIKI)

Sekilas tentang REIKI USUI (Reiki Jepang)

Reiki, sebuah kata dalam bahasa Jepang berarti kekuatan universal, atau energi Ilahi, dan merupakan sistem penyembuhan yang dianggap kebanyakan orang berasal dari Tibet . Praktik ini dipercaya telah diturunkan dari pengajaran Veda kuno, kumpulan tulisan yang diberikan pada Rishi besar (orang bijak) beberapa ribu tahun yang lalu. Teks tertua yang masih tersimpan berumur lebih dari 5.000 tahun. Reiki bukanlah agama. Walaupun praktik penyembuhan ini dikenal di semua kebudayaan di seluruh dunia, sistem ini memiliki dimensi spiritual. Reiki adalah konsep penyatuan karena sekarang ini telah diterima secara global. Reiki mengajarkan penyatuan dan harmoni. Reiki adalah harmoni dengan alam dan dapat digunakan untuk menyembuhkan pepohonan, manusia, dan binatang, dan bahkan dapat digunakan untuk membantu memurnikan dan mengharmonisasikan air dan udara. Reiki ditemukan di awal abad ke dua puluh oleh seorang Jepang bernama Mikao Usui. Di kemudian hari, dia mengembangkannya menjadi suatu sistem penyembuhan yang dia berikan pada orang lain melalui attunement (dalam bahasa Jepang disebut reiju, yang artinya "menerima energi/spirit"). Pada saat ini, sistem ini dipraktikkan oleh berjuta-juta orang di seluruh dunia.



REIKI N-AQS


Reiki N-AQS adalah varian baru dari Aliran reiki yang ada, dan tidak terkait dengan reiki dari tibet maupun Jepang. Konsep aslinya berasal dari khasanah ilmu Metafisika yang dikembangkan oleh kalangan Spiritualis Islam (TASAWUF dan THAREKAT). Yang tujuan aslinya adalah untuk mengolah spiritualitas manusia agar memperoleh Ridlo Tuhan serta mencapai derajat yang luhur baik di mata manusia maupun di mata Tuhan.

Reiki N-AQS menawarkan konsep energi metafisika dan olah spiritual versi Islam tanpa harus berkolaborasi dg JIN dan Khodam. Serta jauh dari tahayul, klenik, dan mistik. Serta bisa digunakan oleh siapa saja tanpa memandang suku, agama, dan ras.

Manfa'at Reiki N-AQS

1. Membuat Tubuh Menjadi Lebih Sehat Dan Bersih
Untuk membersihkan tubuh agar tetap sehat dan lebih bersih, praktisi dapat menggunakan energi N-AQS. Jadi, N-AQS bisa menjadi “sabun pembersih” sekaligus sumber daya tahan tubuh. Seseorang seringkali tidak merasakan dan tidak menyadari hadirnya gejala penyakit dalam tubuhnya hingga kondisinya bertambah parah bahkan terlambat ditangani. Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada menyembuhkan/mengobati.

2. Menyembuhkan Penyakit
Energi N-AQS sangat baik digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Di zaman sekarang ini, di mana biaya hidup makin mahal dan harga pengobatan medis sulit terjangkau, bila seseorang memiliki kemampuan N-AQS, beban hidupnya bisa menjadi lebih ringan. Biaya pengobatan dapat diminimalkan, jika tubuh bisa lebih cepat sembuh dari penyakit. Bahkan pada banyak kasus, penyembuhan penyakit menggunakan obat-obatan memiliki banyak efek samping yang membahayakan. Nah, dengan energi N-AQS, efek tersebut dapat diminimalisasi bahkan dinetralisasi. Dalam hal ini, penyembuhan dengan metode N-AQS dapat digabungkan dengan metode medis untuk dapat saling melengkapi.

3. Melatih Lathaif Qalbu
Lathaif Qalbu merupakan Titik energi spiritualitas yang merupakan sentral dari spiritualitas seorang manusia. Energi Lathaif Qalbu yang telah terkultivasi oleh N-AQS akan memancarkan energi Kultivasi yang sangat baik untuk proses pembersihan dan pemurnian diri. Efek dari melatih Lathaif Qalbu selain pembersihan adalah munculnya kemampuan-kemampuan psikis yang sebenarnya telah ada pada diri setiap orang. Tujuan akhir dari melatih Lathaif Qalbu adalah mencapai pemurnian diri dan kesempurnaan diri sebagai manusia yang sempurna lahir bathin. Menjadi manusia luhur yang berderajat Insan Kamil.

Lathaif Qalbu berada di titik kepala jantung (Dua jari di sisi bawah agak kekiri dari puting susu). Setelah Lathaif Qalbu diaktifkan, energi Lathaif Qalbu mulai melakukan pembersihan setiap saat. Untuk membangkitkan Lathaif Qalbu dengan teknik konvensional, dibutuhkan waktu cukup lama serta latihan yang sangat berat dan rumit agar Lathaif Qalbu dapat aktif. Akan tetapi, dengan menggunakan teknik N-AQS, melatih Lathaif Qalbu menjadi sangat mudah dan hasil yang diperoleh sangat luar biasa dalam waktu yang cepat.




Nur Atomic Quark System (N-AQS)


Nur Atomic Quark System (N-AQS) adalah salah satu teknik untuk mengakses energi Kultivasi Ilahiah (Nur 'Ala Nuurin) yang memiliki energi yang sangat halus dan densitas (kepadatan) energi yang sangat tinggi hingga mencapai level quark atom. Quark Atomic merupakan partikel elementer paling dasar yang menyusun alam semesta ini.

Nur Atomic Quark System (N-AQS) meliputi semua bidang energi di alam semesta yang berada pada level Quark Atomic. Jika bola energi yang dapat diakses oleh metode Nur Atomic Quark System (N-AQS) dihitung, maka akan mencapai lebih dari 1 x 10 pangkat 25 bola energi.

Nur Atomic Quark System (N-AQS) tidak berhubungan dengan Agama atau praktek ibadah tertentu, tapi murni teknik penyembuhan alami dari energi alam semesta. Mempelajari N-AQS bahkan dapat dikatakan sebagai berkah karena mampu meningkatkan spiritualitas Praktisi dan jauh dari unsur tahayyul dan mistik.

Kesehatan Terletak di Kedua Telapak Tangan Anda ! Sejak dulu, banyak orang menyakini bahwa sentuhan tangan dapat menyembuhkan. Hal ini dapat dibuktikan misalnya saat bayi sedang gelisah, tidak dapat tidur, tindakan ibu untuk membuat bayi menjadi tenang biasanya dengan mengusap kepala bayi secara lembut sehingga membuat bayi menjadi tenang, dan tertidur. Begitupun saat orang masuk angin, kedua tangan digosokan hingga terasa hangat, lalu ditempelkan ke perut yang masuk angin, dan dalam beberapa saat, perut terasa lebih nyaman dan membaik. Sebenarnya yang dilakukan tadi adalah cara untuk menyalurkan energi alam semesta yang ada dalam diri ke bagian tubuh yang sakit tanpa kita sadari. Namun karena energi yang ada dalam tubuh jumlahnya terbatas, bila digunakan untuk menyembuhkan diri sendiri/orang lain maka energi akan terkuras dan mengakibatkan kelelahan bagi kita.

Untuk itulah dengan dibukanya kemampuan N-AQS, maka seseorang akan dapat mengakses energi alam semesta dengan lebih mudah dalam jumlah yang banyak sehingga sangat efisien untuk digunakan dalam hal penyembuhan dan untuk tujuan lainnya. Jadi reiki merupakan tehnik yang sangat alamiah yang dapat dimiliki semua orang tanpa harus menguras tenaga. Inilah yang membedakan N-AQS dengan Tenaga Dalam. Kalau tenaga dalam semakin sering digunakan maka energi semakin terkuras, tapi dengan N-AQS, semakin sering digunakan, tubuh justru semakin sehat dan bugar karena terjadi sirkulasi energi positif yang masuk dan keluar melalui Cakra-cakra yang ada dalam tubuh kita.

Kemampuan Reiki didapat melalui proses yang dinamakan inisiasi/attunement yang hanya dapat dilakukan oleh seorang Master Reiki. Dalam inisiasi, seorang Master Reiki membuka pintu keluar masuknya energi dan jalur energi pada diri seseorang dengan cara membornya kemudian menyelaraskan jalur energi yang telah terbentuk dengan vibrasi reiki. Setelah itu setiap Praktisi N-AQS secara permanent dapat mengakses Energi Semesta melalui Cakra Mahkota (ubun-ubun kepala) dan langsung bisa digunakan untuk menyembuhkan diri sendiri dan orang lain

Teknik N-AQS terbukti mampu menyembuhkan 4 (empat) lapisan tubuh manusia yaitu menyembuhkan penyakit tubuh fisik (baik ringan atau kronis seperti Tumor, Kanker, Ginjal, Diabetes, Jantung, Hepatitis, Stroke, Leukimia, HIV, Asma, Kista, Gangguan Reproduksi, dll), tubuh psikis (frustasi, gugup, khawatir, marah, dll), tubuh mental (stress, depresi, trauma, dll), dan tubuh spiritual (suka membenci, iri hati, dendam dll,) serta Membersihkan sifat dan akhlak buruk menuju transformasi psikis dan mental yang seimbang, tegar dan terkendali. Selain itu energi N-AQS dapat juga digunakan untuk Menangkal dan Mengatasi pengaruh energi negatif seperti santet, sihir, kesurupan, gangguan jin, dll.


N-AQS merupakan system kultivasi berbasis system energi Nurun 'Ala Nuurin.

Nurun 'Ala Nuurin adalah energi kultivasi yang kami warisi dari The Great Kultivator Terakhir Yaitu Nabi Muhammad SAW. Pencapaian spiritualnya adalah yang paling sempurna diantara semua kultivator. Ini dibuktikan dalam perjalanan beliau dalam Isra' Mi'raj yang mana dalam keyakinan kami, beliau bermi'raj dengan tubuh jasmani dan ruhaninya. Hal itu dimungkinkan terjadi karena tubuh jasmani beliau telah mengalami pencapaian kultivasi yang tertinggi, sehingga bisa berubah menjadi tubuh energi (Cahaya).

Nurun 'Ala Nuurin merupakan energi kultivasi. Hal ini berbeda dengan energi reiki pada umumnya yang merupakan energi natural. Karena energi Nurun 'Ala Nuurin merupakan energi kultivasi maka energi Nurun 'Ala Nuurin sangat baik digunakan untuk berkultivasi. Untuk membuat diri menjadi murni dan semakin murni, memperluas kesadaran pada multi dimensi, menyatukan diri dengan alam dan Ilahi. Diri yang murni, bebas dari kendali apapun akan memudahkan seseorang mencapai pengetahuan spiritual yang tinggi. Kebenaran itu relatif dan kebenaran yang absolut dan tertinggi adalah Tuhan itu sendiri.

Karena metode N-AQS berlandaskan System Energi Nurun 'Ala Nuurin, maka praktek tekhnis dari metode N-AQS tidak sama dengan praktek Reiki atau olah spiritual yang lain. Kami tidak menggunakan sistem meditasi Kundalini dan Chakra dalam mengolah energi kultivasi ini. Inti dari system N-AQS adalah ada pada System Energi Nurun 'Ala Nuurin itu sendiri, yang bekerja secara cerdas dan mandiri mengkultivasi praktisi.

Kultivasi sama dengan evolusi atau transformasi. Pada kupu-kupu disebut juga metamorfosis. Energi Kultivasi adalah energi natural yang berevolusi menjadi energi pemurnian. Energi kultivasi memiliki fungsi untuk memurnikan tujuh lapis tubuh manusia ; tubuh fisik, psikis, atau emosi, mental, intuisi, atma, cahaya (monade) maupun tubuh spiritual.

Apa itu Attunement?

Attunement adalah cara membuka diri untuk menerima getaran energi Ilahiah Nurun ‘Ala Nuurin yang sangat tinggi dan halus vibrasinya untuk keperluan penyembuhan pribadi. Dengan kata lain, ini adalah cara membuka jalur dalam tubuh mental, emosional, spiritual dan eterik untuk membiarkan getaran yang anda sesuaikan, membantu anda dalam proses penyembuhan anda. Attunement hanya dapat diberikan oleh Master Reiki NAQS yang resmi dan memiliki kemampuan untuk itu. Kemampuan tersebut didapat dari proses attunement Master Reiki NAQS sebelumnya. Karena itu, dapat dikatakan bahwa attunement mewakili sesuatu yang memiliki karakter energi Ilahiah Nurun ‘Ala Nuurin dari generasi ke generasi. Hal ini dapat dibuktikan dari asal usul turunan ENERGI KULTIVASI NUURUN ‘ALA NUURIN sampai ke The Great Kultivator yaitu Nabi Muhammad SAW.

Setelah anda menerima attunement dari Reiki Master, anda telah terhubung dan berharmoni dengan sumber energi Reiki sehingga anda dapat mengakses dan menyalurkan energi Reiki, juga untuk obyek lain. Proses attunement juga berarti "menghubungkan kembali" dan "mengharmonikan" manusia sebagai mikrokosmos dengan alam sebagai makrokosmos. Dalam waktu 2-4 minggu setelah menerika attunement Reiki, sistem tubuh menyesuaikan diri dengan Reiki baru yang anda terima dan menyatukannya dengan anda secara utuh dan sempurna. Anda mengalami proses penyembuhan baik secara fisik, emosional maupun spiritual. Banyak orang merasa aliran hangat dalam tubuhnya ketika Reiki membersihkan dan menyeimbangkan sistem energi baru. Kadang-kadang efek yang muncul memiliki karakter emosional dan anda dapat mengingat hal-hal yang telah anda lupakan, atu merasa santai atau menyesal, atau tidak ingin menyentuh alkohol atau rokok lagi. Ada orang yang merasa kebahagiaan mendalam ketika melakukan pelayanan religius.

Reiki memilik beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknik penyembuhan lain,
diantaranya adalah :

* Mudah dipelajari, membutuhkan pengetahuan minimal
* Tidak memerlukan latihan fisik yang melelahkan
* Getarannya lebih halus, lebih efektif untuk penyembuhan
* Membuat penghubung kepada sumber kesulitan atau penyakit
* Energi tidak akan pernah habis dan aliran akan sesuai dengan kebutuhan
* Menyembuhkan masalah fisik, emosi, dan spiritual
* Mudah didapatkan, hanya dengan attunement selama 20 menit
* Dapat digunakan untuk membuat perlindungan
* Bersifat permanen selama tidak digunakan untuk hal-hal yang negatif
* Penyembuhan dapat dilakukan dari jarak jauh
* Energi negatif dari pasien tidak akan masuk ke dalam tubuh penyembuh
* Energi penyembuh tidak akan pernah habis
* Dapat dilakukan oleh tim penyembuh
* Energi penyembuhan dapat bertambah baik secara kuantitas maupun kualitas tiap kali menyalurkan energi
* Beberapa penyembuh dapat menggabungkan energi Reiki dengan energi lain untuk penyembuhan



Beberapa kegunaan Reiki, di antaranya adalah:

* Meningkatkan tingkat energi dan vitalitas anda
* Meningkatkan intuisi dan kedamaian
* Meningkatkan kesehatan, kualitas hidup dan pengembangan pribadi
* Mempercepat penyembuhan luka, kesulitan/penolakan, migren, asma dan banyak masalah kesehatan secara efektif.
* Mengurangi stres secara dramatis
* Mempercepat proses penyembuhan
* Mengurangi rasa sakit dan efek samping dari obat yang dimakan
* Membantu menyembuhkan penyakit, trauma dan operasi
* Menghilangkan racun dalam tubuh
* Mempercepat proses penyembuhan secara alami dengan cara mengharmonisasikan energi tubuh
* Membuat tangan anda sebagai pelengkap dokter
* Dapat digunakan untuk binatang and tumbuhan
* Memperbaiki tingkat kesesuaian dan keseimbangan seseorang
* Memperpanjang umur sel tubuh dan memperbaiki kulit



Kondisi apa yang dapat dibantu oleh Reiki?

Reiki adalah sistem alami untuk penyembuhan, mengurangi stress dan relaksasi. Sistem ini didasarkan pada keyakinan bahwa energi kehidupan atau Ki dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk penyembuhan. Reiki menyingkirkan hambatan dalam sistem energi sehingga energi kehidupan dapat kembali mengalir dan memperbaiki keseimbangan penerima dan meningkatkan kemampuan alami tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri. Reiki mengalir ke daerah yang paling memerlukan bantuan, bukan hanya pada gejalanya, karena itu dapat digunakan pada setiap tingkatan: fisik, mental, emosional dan spiritual.

Ketika mengikuti penyembuhan dengan cara Reiki, pasien dapat merasa lebih seimbang dan rileks atau lebih energetic dan sadar. Mereka dapat merasa lebih kreatif atau kurang emosional atau lebih tidak stress, dengan perasaan lebih baik. Reiki sangat berguna untuk mereka yang sedang menghadapi kesulitan atau tantangan dalam hidup. Luka parah dapat dibantu untuk sembuh lebih cepat tapi penyakit yang lebih kronis akan memerlukan waktu yang lebih lama. Kondisi seperti eksim, asma, alergi, sakit kepala, migren, sakit punggung, arthritis dan shok, sudah dipastikan memberikan respon yang baik terhadap Reiki. Beberapa orang melaporkan mengalami kesembuhan atau berkurang sakitnya setelah mengikuti sesi penyembuhan dan beberapa melaporkan kemudahan bergerak atau kemampuan untuk tidur dengan lebih baik. Kebaikan ini biasanya bertahan sekitar 3 sampai 10 hari dan seringkali masalahnya tidak muncul kembali.


Apa yang terjadi selama penyembuhan Reiki?

Menerima penyembuhan secara Reiki adalah proses yang sangat sederhana dan tidak mengganggu, namun sangat kuat. Para praktisi biasanya akan memberikan penjelasan singkat tentang cara penyembuhan ini dan mengajukan beberapa pertanyaan tentang riwayat kesehatan pasien. Kerahasiaan dijamin sebagai persyaratan standar etis asosiasi.

Sesi penyembuhan berlangsung sekitar satu jam dengan pasien dalam kondisi berbaring, dengan pakaian lengkap, di atas matras. Jika pasien tidak dapat berbaring, proses dapat dilakukan dalam kondisi duduk atau berdiri. Barang-barang seperti sepatu atau perhiasan biasanya dilepas. Ruangan penyembuhan biasanya hangat, bersih dan nyaman. Musik lembut, lilin dan selimut disediakan untuk menambah kenyamanan pasien. Tidak ada manipulasi karena Reiki bukanlah pijatan. Praktisi akan menyalurkan energi ke pasien melalui beberapa urutan posisi tangan di punggung dan tubuh bagian depan dan kepala. Praktisi akan menempatkan tangan pada posisi tertentu selama beberapa waktu dan lebih banyak waktu pada daerah yang lebih memerlukan. Reiki akan mengalir pada tempat yang paling dibutuhkan.


Apa yang akan saya rasakan selama proses penyembuhan?

Selama proses penyembuhan, banyak orang melaporkan sesansi seperti rasa panas, tingling, sejuk atau denyut atau melihat beberapa warna. Tapi banyak orang hanya merasakan kedamaian dan relaksasi: beberapa malah tertidur! Atau kadang proses penyembuhan dapat memberikan energi: tidak ada cara benar atau salah dalam pengalaman Reiki.


Apa yang dapat diharapkan setelah proses penyembuhan?

Segera setelah sesi Reiki, anda harus menyediakan sedikit waktu untuk kembali pada kesadaran anda. Anda dapat merasa sangat relaks sehingga anda sedikit bingung. Disarankan anda duduk sebentar dan minum.

Kemudian anda mungkin merasa bahwa tubuh anda melakukan detoksifikasi. Anda harus menambah jumlah air atau teh herbal yang anda minum supaya racun dapat dikeluarkan dengan lebih mudah. Anda juga mungkin ingin lebih banyak beristirahat. Banyak orang merasa rasa sakit berkurang dan rasa nyaman semakin dirasakan.

Anda mungkin mulai merasa lebih baik setelah sesi pertama. Jumlah dan frekwensi penyembuhan bervariasi untuk tiap-tiap orang. Secara umum, penyakit akut sembuh lebih cepat daripada penyakit kronis. Kalau penyakit anda sudah lama, anda membutuhkan proses penyembuhan lebih lama. Namun, anda bebas menentukan jenis pengobatan seperti apa yang anda inginkan.


Apakah Reiki merupakan suatu tindakan yang holistik?

Reiki sungguh holistic karena menyembuhkan keseluruhan manusia, bukan hanya gejalanya saja. Semua penyakit fisik, mental, emosional dan spiritual dapat disembuhkan. Reiki mengalir pada tempat yang paling membutuhkannya. Reiki adalah terapi yang dapat digunakan sendiri maupun sebagai pelengkap tindakan yang lain. Sangat disarankan anda tidak menghentikan pengobatan medis atau penyembuhan holistik cara apapun yang dibutuhkan, kecuali setelah anda mendiskusikannya dengan mereka.



TINGKATAN REIKI N-AQS :

LEVEL 1 : BEGINNING OF THE AWAKENING ► Healing & Spirituality
(Free Training, bisa jarak jauh via telfon)
  1. Inisiasi (Aktivasi dan Attunement System N-AQS)
  2. Meditasi (Tafakkur, Tawajjuh, Zero Mind Process)
  3. Healing (Penyembuhan untuk diri sendiri dan orang lain)

Manfaat level 1 :
1. God Oriented, Tuhan menjadi sentral kehidupannya. Karena kehadiran Tuhan betul-betul bisa dirasakan dalam kehidupannya.
2. Self Improvement, pengembangan Potensi diri & Good Behaviour Transformation (AKHLAKUL KARIMAH : IKHLAS & SABAR).
3. Healer Skill, ketrampilan menggunakan energi Reiki ...utk penyembuhan.

LEVEL 2 : TOTAL SOLUTION
(Free Training - Harus datang bertemu langsung dengan Pengasuh Majelis N-AQS)
  1. Harus sudah menguasai dasar System N-AQS (Getaran di Lathaif Qalbu telah cukup kuat serta kondisinya terjaga selama 24 jam)
  2. Penggunaan simbol Reiki N-AQS
  3. Penggunaan Bola Energi Husada
  4. Penggunaan Bola Energi Sapu Jagad

Manfaat level 2 :
1. Peningkatan energi 10 kali level 1.
2. TOTAL SOLUTION, mengatasi segala problematika kehidupan. Meraih kejaya'an dunia dan kebahagia'an akherat.
3. Mendapat izin utk menggunakan simbol reiki.
4. Mendapat izin untuk menggunakan bola energi Husada dan Sapu Jagad.
5. Penyembuhan jarak jauh dan programming.
Bonus : Ilmu Totok Jari EFT (Emotional Freedom Technic).



FOUNDER REIKI N-AQS :

Mas Eddy Sugianto Wong Gresik

Alamat : Desa Sekapuk Rt : 02 / Rw : 01
Kecamatan Ujung Pangkah
Kabupaten Gresik
JAWA TIMUR - INDONESIA

HP : 081231649477
Tlp : 031-3940577
email : semutraja@ymail.com
Facebook Profile : http://www.facebook.com/wongsedayu

WEBSITE MAJELIS NAQS :
http://majelisnaqs.blogspot.com/
http://reikinaqs.blogspot.com/

Kamis, 02 September 2010

Ilmu Tasawuf

Pendapat KH Siradjuddin Abbas, dalam buku beliau “40 Masalah Agama” Jilid 3, hal 30.

Ilmu Tasawuf adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu Islam utama, yaitu ilmu Tauhid (Usuluddin), ilmu Fiqih dan ilmu Tasawuf.

Ilmu Tauhid untuk bertugas membahas soal-soal i’tiqad, seperti i’tiqad mengenai keTuhanan, keRasulan, hari akhirat dan lain-lain sebagainya .

Ilmu Fiqih bertugas membahas soal-soal ibadat lahir, seperti sholat, puasa, zakat, naik haji dan lain

Ilmu Tasawuf bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak dan budi pekerti, bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadhu, muraqabah, mujahadah, sabar, ridha, tawakal dan lain-lain.

Ringkasnya: tauhid ta’luk kepada i’tiqad, fiqih ta’luk kepada ibadat, dan tasawuf ta’kluk kepada akhlak

Kepada setiap orang Islam dianjurkan supaya beri’tiqad sebagaimana yang diatur dalam ilmu tauhid (usuluddin), supaya beribadat sebagaimana yang diatur dalam ilmu fiqih dan supaya berakhlak sesuai dengan ilmu tasawuf.

Agama kita meliputi 3 (tiga) unsur terpenting yaitu, Islam, Iman dan Ihsan

Sebuah hadits menguraikan sebagai berikut:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata,

“Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.”
Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.”

Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.”
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.”

Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.”
Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda.

Dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (azab kiamat).”
Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab, “Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata.

Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim)

Tentang Islam kita dapat temukan dalam ilmu fiqih, sasarannya syari’at lahir, umpanya, sholat, puasa, zakat, naik haji, perdagangan, perkawinan, peradilan, peperangan, perdamaian dll.

Tentang Iman kita dapat temukan dalam ilmu tauhid (usuluddin), sasarannya i’tiqad (akidah / kepercayaan), umpamanya bagaimana kita (keyakinan dalam hati) terhadap Tuhan, Malaikat-Malaikat, Rasul-Rasul, Kitab-kitab suci, kampung akhirat, hari bangkit, surga, neraka, qada dan qadar (takdir).

Tentang Ihsan kita dapat temukan dalam ilmu tasauf, sasarannya akhlak, budi pekerti, bathin yang bersih, bagaimana menghadapi Tuhan, bagaimana muraqabah dengan Tuhan, bagaimana membuang kotoran yang melengket dalam hati yang mendinding (hijab) kita dengan Tuhan, bagaimana Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Inilah yang dinamakan sekarang dengan Tasawuf.

Setiap Muslim harus mengetahui 3 (tiga) unsur ini sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya dan memegang serta mengamalkannya sehari-hari.

Pelajarilah ketiga ilmu itu dengan guru-guru, dari buku-buku, tulisan atau dalam jama’ah / manhaj / metode / jalan.

Waspadalah jika jama’ah / manhaj / metode / jalan yang “menolak” salah satu dari ketiga ilmu itu karena itu memungkinkan ketidak sempurnaan hasil yang akan dicapai.

Ilmu Tasawuf itu tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dan bahkan Qur’an dan Sunnah Nabi itulah yang menjadi sumbernya.

Andaikata ada kelihatan orang-orang Tasawuf yang menyalahi syari’at, umpamanya ia tidak sholat, tidak sholat jum’at ke mesjid atau sholat tidak berpakaian, makan siang hari pada bulan puasa, maka itu bukanlah orang Tasawuf dan jangan kita dengarkan ocehannya.

Berkata Imam Abu Yazid al Busthami yang artinya, “Kalau kamu melihat seseorang yang diberi keramat sampai ia terbang di udara, jangan kamu tertarik kepadanya, kecuali kalau ia melaksanakan suruhan agama dan menghentikan larangan agama dan membayarkan sekalian kewajiban syari’at”

Pendapat syaikh Abu Al Hasan Asy-Syadzili, ” Jika pendapat atau temuanmu bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits, maka tetaplah berpegang dengan hal-hal yang ada pada Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian engkau tidak akan menerima resiko dalam penemuanmu, sebab dalam masalah seperti itu tidak ada ilham atau musyahadah, kecuali setelah bersesuaian dengan Al-Qur’an dan Hadits“.

Jadi syarat untuk mendalami ilmu Tasawuf (tentang Ihsan) terlebih dahulu harus mengetahui ilmu fiqih (tentang Islam) dan ilmu tauhid / usuluddin (tentang Iman).

Dengan ketiga ilmu itu kita mengharapkan meningkat derajat/kualitas ketaqwaan kita.

Mulai sebagai muslim menjadi mukmin dan kemudian muhsin atau yang kita ketahui sebagai implementasi Islam, Iman dan Ihsan.

Orang-orang yang paham dan mengamalkan ilmu Tasawuf dikenal dengan nama orang sufi.

Syekh Abu al-Abbas r.a mengatakan bahwa orang-orang berbeda pendapat tentang asal kata sufi. Ada yang berpendapat bahwa kata itu berkaitan dengan kata shuf (bulu domba atau kain wol) karena pakaian orang-orang shaleh terbuat dari wol. Ada pula yang berpendapat bahwa kata sufi berasal dari shuffah, yaitu teras masjid Rasulullah saw. yang didiami para ahli shuffah.

Menurutnya kedua definisi ini tidak tepat.

Syekh mengatakan bahwa kata sufi dinisbatkan kepada perbuatan Allah pada manusia. Maksudnya, shafahu Allah, yakni Allah menyucikannya sehingga ia menjadi seorang sufi. Dari situlah kata sufi berasal.

Lebih lanjut Syekh Abu al Abbas r.a. mengatakan bahwa kata sufi (al-shufi)
terbentuk dari empat huruf: shad, waw, fa, dan ya.

Huruf shad berarti shabruhu (kebesarannya), shidquhu (kejujuran), dan shafa’uhu(kesuciannya)

Huruf waw berarti wajduhu (kerinduannya), wudduhu (cintanya), dan wafa’uhu(kesetiaannya)

Huruf fa’ berarti fadquhu (kehilangannya), faqruhu (kepapaannya), dan fana’uhu(kefanaannya).

Huruf ya’ adalah huruf nisbat.

Apabila semua sifat itu telah sempurna pada diri seseorang, ia layak untuk menghadap ke hadirat Tuhannya.

Kaum sufi telah menyerahkan kendali mereka pada Allah. Mereka mempersembahkan diri mereka di hadapanNya. Mereka tidak mau membela diri karena malu terhadap rububiyah-Nya dan merasa cukup dengan sifat qayyum-Nya. Karenanya, Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri.

Firman Allah yang artinya,
[38:46] Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
[38:47] Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.
(QS Shaad [38]:46-47)

********

Catatan tentang tasawuf dari link lain.

Sumber:

http://ummatiummati.wordpress.com/2010/03/08/kisah-taubatnya-salafy-tobat/

Dalam Thareqat bukan hanya diajarkan wirid saja. Tapi diajar banyak sekali ilmu-ilmu utk mendekatkan diri kepada Allah.

Karena ilmu dan dzikir adalah dua perkara yang tak boleh dipisahkan, keduanya sama2 untuk mendekatkan diri kpd Allah.

Tharekat adalah untuk mengangkat ilmu2 islam (aqidah, fiqh, muamalat, mu’asyarat, ahlaq) dari teori kedalam amal perbuatan yang dilakukan secara istiqamah, ikhlas dan ikut sunnah nabi sehingga menjadi sifat hakikat dalam dirinya….

Harus pake ijazah/izin dari guru dalam thareqat ini…..untuk membimbing kita dan agar tidak tersesat…

Ini juga disebut bai’ah sufiyah (kita berbaiat kepad mursyid untuk memegang teguh ajaran islam yg diajarkan kepadanya).

ini sangat penting dlm belajar thareqat, selain utk menjaga sanad thareqat (jika sanad ilmu terputus berarti ia tidak sambung lagi)…..juga sunnah.

ingat Nabi memberikan macam2 ba’iah. dalam kitab asyari’ah wa thareqah syaikul hadits maulana zakariya alkhandahlawi rah berkata : Bai’ah thareqat bukanlah bai’ah untuk jihad tapi bai’ah untuk mengamalkan ajaran islam dengan sempurna.

Dengan ikut thareqat bukan berarti kita berhenti menuntut ilmu, justru dgn ikut thareqat kita tingkatkan belajar kita. Karena klo kita ikut thareqat hati akan menjadi bersih shg ilmu akan begitu mudah masuk kedalam hati.

ingat nasihat imam maliki dan imam syafei :

1. Nasihat imam syafei :

فقيها و صوفيا فكن ليس واحدا * فإني و حـــق الله إيـــاك أنــــصح
فذالك قاس لم يـــذق قـلــبه تقى * وهذا جهول كيف ذوالجهل يصلح
Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
[Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
sayang bait dari diwan ini telah dihilangkan oleh wahabi dalam kitab diwan safei yg dicetak oleh percetakan wahabi…..
2. . Nashihat IMAM MALIK RA:
و من تصوف و لم يتفقه فقد تزندق
من تفقه و لم يتصوف فقد تفسق
و من جمع بينهما فقد تخقق
“ dia yang sedang Tasawuf tanpa mempelajari fikih rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia . hanya dia siapa memadukan keduannya terjamin benar .

***********************************

Definisi Tasawuf
by : Ust Wahfiudin

Pandangan paling monumental tentang Tasawuf muncul dari Abul Qasim Al-Qusyairy an-Naisabury, seorang ulama sufi abad ke-4 hijriyah. Al-Qusyairy sebenarnya lebih menyimpulkan dari seluruh pandangan Ulama Sufi sebelumnya, sekaligus menepis bahwa Tasawuf atau Sufi muncul dari akar-akar historis, bahasa, intelektual dan filsafat di luar Islam.

Dalam buku Ar-Risalatul Qusyairiyah ia menegaskan bahwa kesalahpahaman banyak orang terhadap tasawuf semata-mata karena ketidaktahuan mereka terhadap hakikat Tasawuf itu sendiri. Menurutnya Tasawuf merupakan bentuk amaliyah, ruh, rasa dan pekerti dalam Islam itu sendiri. Ruhnya adalah firman Allah swt:

* “Dan jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 7-8)
* ”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang membersihkan diri dan dia mendzikirkan nama Tuhannya lalu dia shalat.” (QS. Al-A’laa: 14-15)
* “Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang alpa” (QS. Al-A’raf: 205)
* “Dan bertqawalah kepada Allah; dan Allah mengajarimu (memberi ilmu); dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Baqarah: 282)

Sabda Nabi saw:

* “Ihsan adalah hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu”. (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Nasa’i)
* Tasawuf pada prinsipnya bukanlah tambahan terhadap Al-Qur’an dan hadits, justru Tasawuf adalah implementasi dari sebuah kerangka agung Islam. Secara lebih rinci, Al-Qusyairy meyebutkan beberapa definisi dari para Sufi besar:
1. Muhammad al-Jurairy:
“Tasawuf berarti memasuki setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang tercela.”
2. Al-Junaid al-Baghdady:
“Tasawuf artinya Allah mematikan dirimu dari dirimu dan menghidupkan dirimu bersama dengan-Nya.”
“Tasawuf adalah engkau berada semata-mata bersama Allah swt. Tanpa keterikatan dengan apa pun.”
“Tasawuf adalah perang tanpa kompromi.”
“Tasawuf adalah anggota dari satu keluarga yang tidak bisa dimasuki oleh orang-orang selain mereka.”
“Tasawuf adalah dzikir bersama, ekstase yang diserta sama’ dan tindakan yang didasari Sunnah Nabi.”
“Kaum Sufi seperti bumi, yang diinjak oleh orang saleh maupun pendosa; juga seperti mendung, yang memayungi segala yang ada; seperti air hujan, mengairi segala sesuatu.”
“ Jika engkau meliuhat Sufi menaruh kepedulian kepada penampilan lahiriyahnya, maka ketahuilah bahwa wujud batinnya rusak.”
3. Al-Husain bin Manshur al-Hallaj:
“Sufi adalah kesendirianku dengan Dzat, tak seorang pun menerimanya dan juga tidak menerima siapa pun.”
4. Abu Hamzah Al-Baghdady:
“Tanda Sufi yang benar adalah dia menjadi miskin setelah kaya, hina setelah mulia, bersembunyi setelah terkenal. Sedang tanda Sufi yang palsu adalah dia menjadi kaya setelah miskin, menjadi obyek penghormatan tertinggi setelah mengalami kehinaan, menjadi masyhur setelah tersem, bunyi.”
5. Amr bin Utsman Al-Makky:
“Tasawuf adalah si hamba berbuat sesuai dengan apa yang paling baik saat itu.”
6. Mohammad bin Ali al-Qashshab:
“Tasawuf adalah akhlak mulia, dari orang yang mulia di tengah-tengah kaum yang mulia.”
7. Samnun:
“Tasawuf berarti engkau tidak memiliki apa pun, tidak pula dimiliki apapun.”
8. Ruwaim bin Ahmad:
“Tasawuf artinya menyerahkan diri kepada Allah dalam setiap keadaan apa pun yang dikehendaki-Nya.”
“Tasawuf didasarkan pada tiga sifat: memeluk kemiskinan dan kefakiran, mencapai sifat hakikat dengan memberi, dengan mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan diri sendiri dan meninggalkan sikap kontra dan memilih.”
9. Ma’ruf Al-Karkhy:
“Tasawuf artinya, memihak pada hakikat-hakikat dan memutuskan harapan dari semua yang ada pada makhluk”.
10. Hamdun al-Qashshsar:
“Bersahabatlah dengan para Sufi, karena mereka melihat dengan alasan-alasan untuk mermaafkan perbuatan-perbuatan yang tak baik dan bagi mereka perbuatan-perbuatan baik pun bukan suatu yang besar, bahklan mereka bukan menganggapmu besar karena mengerjakan kebaikan itu.”
11. Al-Kharraz:
“Mereka adalah kelompok manusia yang mengalami kelapangan jiwa yang mencampakkan segala milik mereka sampai mereka kehilangan segala-galanya. Mereka diseru oleh rahasia-rahasia yang lebih dekat di hatinya, ingatlah, menangislah kalian karena kami.”
12. Sahl bin Abdullah:
“Sufi adalah orang yang memandang darah dan hartanya tumpah secara gratis.”
13. Ahmad an-Nuury:
“Tanda orang Sufi adalah ia rela manakala tidak punya dan peduli orang lain ketika ada.”
14. Muhammad bin Ali Kattany:
“Tasawuf adalah akhlak yang baik, barangsiapa yang melebihimu dalam akhlak yang baik, berarti ia melebihimu dalam Tasawuf.”
15. Ahmad bin Muhammad ar-Rudzbary:
“Tasawuf adalah tinggal di pintu Sang Kekasih, sekali pun engklau diusir.”
“Tasawuf adalah Sucinya Taqarrub, setelah kotornya berjauhan denganya.”
16. Abu Bakr asy-Syibly:
“Tasawuf adalah duduk bersama Allah swt tanpa hasrat.”
“Sufi terpisah dari manusia dan bersambung dengan Allah swt sebagaimana difirmankan Allah swt, kepada Musa, ‘Dan Aku telah memilihmu untuk Diri-Ku’ (Thoha: 41) dan memisahkanmu dari yang lain. Kemudian Allah swt berfirman kepadanya, ‘Engkau tak akan bisa melihat-Ku’.”
“Para Sufi adalah anak-anak di pangkuan Tuhan Yang Haq.”
“Tasawuf adalah kilat yang menyala dan Tasawuf terlindung dari memandang makhluk.”
“Sufi disebut Sufi karena adanya sesuatu yang membekas pada jiwa mereka. Jika bukan demikian halnya, niscaya tidak akan ada nama yang dilekatkan pada mereka.”
17. Al-Jurairy:
“Tasawuf berarti kesadaran atas keadaaan diri sendiri dan berpegang pada adab.”
18. Al-Muzayyin:
“Tasawuf adalah kepasrahan kepada Al-Haq.”
19. Askar an-Nakhsyaby:
“Orang Sufi tidaklah dikotori suatu apa pun, tetapi menyucikan segalanya.”
20. Dzun Nuun Al-Mishry:
“Kaum Sufi adalah mereka yang mengutamakan Allah swt. diatas segala-galanya dan yang diutamakan oleh Allah di atas segala makhluk yang ada.”
21. Muhammad al-Wasithy:
“Mula-mula para Sufi diberi isyarat, kemudian menjadi gerakan-gerakan dan sekarang tak ada sesuatu pun yang tinggal selain kesedihan.”
22. Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusy:
“Aku bertanya kepada Ali al-Hushry, ‘siapakah, yang menurutmu Sufi itu?’ Lalu ia menjawab, ‘Yang tidak di bawa bumi dan tidak dinaungi langit’. Dengan ucapannya menurut saya, ia merujuk kepada keleburan.”
23. Ahmad ibnul Jalla’:
“Kita tidak mengenal mereka melalui prasyarat ilmiyah, namun kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang miskin, sama sekali tidak memiliki sarana-sarana duniawi. Mereka bersama Allah swt tanpa terikat pada suatu tempat tetapi Allah swt, tidak menghalanginya dari mengenal semua tempat. Karenanya disebut Sufi.”
24. Abu Ya’qub al-Madzabily:
“Tasawuf adalah keadaan dimana semua atribut kemanusiaan terhapus.”
25. Abul Hasan as-Sirwany:
“Sufi yang bersama ilham, bukan dengan wirid yang mehyertainya.”
26. Abu Ali Ad-Daqqaq:
“Yang terbaik untuk diucapkan tentang masalah ini adalah, ‘Inilah jalan yang tidak cocok kecuali bagi kaum yang jiwanya telah digunakan Allah swt, untuk menyapu kotoran binatang’.”
“Seandainya sang fakir tak punya apa-apa lagi kecuali hanya ruhnya dan ruhnya ditawarkannya pada anjing-anjing di pintu ini, niscaya tak seekor pun yang menaruh perhatian padanya.”
27. Abu Sahl ash-Sha’luki:
“Tasawuf adalah berpaling dari sikap menentang ketetapan Allah.”

Dari seluruh pandangan para Sufi itulah akhirnya Al-Qusayiry menyimpulkan bahwa Sufi dan Tasawuf memiliki terminologi tersendiri, sama sekali tidak berawal dari etimologi, karena standar gramatika Arab untuk akar kata tersebut gagal membuktikannya.

Alhasil, dari seluruh definisi itu, semuanya membuktikan adanya adab hubungan antara hamba dengan Allah swt dan hubungan antara hamba dengan sesamanya. Dengan kata lain, Tasawuf merupakan wujud cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya, pengakuan diri akan haknya sebagai hama dan haknya terhadap sesama di dalam amal kehidupan.

sumber = www.qalbu.net
http://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/12/ilmu-tasawuf/

Jumat, 13 Agustus 2010

Tasawuf, Jihad, dan Politik

Delapanbelas harinya Sabtu
bulan Sya`ban ketika waktu
pukul empat jamnya itu
haji berzikir di pemarakan tentu


Haji ratib di pengadapan
berkampung bagai mengadap ayapan
tidaklah ada malu dan sopan
ratib berdiri berhadapan


La ilaha illa'llahu dipalukan ke kiri
kepada hati nama sanubari
datanglah opsir meriksa berdiri
haji berangkat opsirpun lari
......


Haji berteriak Allahu akbar
datang mengamuk tak lagi sabar
dengan tolong Tuhan Malik al-Jabbar
serdadu Menteng habislah bubar
......


Haji berteriak sambil memandang
hai kafir marilah tandang
syurga bernaung di mata pedang
bidadari hadir dengan selendang


Di situlah haji lama terdiri
dikerubungi serdadu Holanda pencuri
lukanya tidak lagi terperi
fanalah haji lupakan diri

Beberapa bait ini, dari Syair Perang Menteng,[1] menceritakan perlawanan orang Palembang terhadap pasukan Belanda yang dikirim untuk menaklukkan kota mereka pada tahun 1819. Perang ini dikenal dengan nama komandan pasukan Belanda, Muntinghe, yang dimelayukan menjadi Menteng. Sang penyair Melayu menggambarkan bagaimana kaum putihan ("haji") mempersiapkan diri untuk berjihad fi sabillillah. Mereka membaca asma (al-Malik, al-Jabbar), berzikir dan beratib dengan suara keras sampai "fana". Dalam keadaan tak sadar ("mabuk zikir") mereka menyerang tentara Belanda. Mereka berani mati, mungkin juga merasa kebal dan sakti lantaran amalan tadi, dan dibalut semangat dan keberanian mereka berhasil mengalahkan serangan pertama pasukan Belanda.

Kaum haji mujahid yang dipotret dalam syair ini jelas adalah orang tarekat. Walaupun sang penyair tidak menyebut nama tarekat, tidaklah sulit untuk menarik kesimpulan bahwa mereka mengamalkan amalan tarekat Sammaniyah. Tarekat tersebut memang telah berkembang di Palembang, dan dibawa dari tanah suci oleh murid-murid Abdussamad al-Palimbani pada penghujung abad ke-18.

Syaikh Abdussamad dikenal terutama sebagai pengarang Sair Al-Salikin dan Hidayat Al-Salikin, dua karya sastra tasawwuf Melayu yang penting. Dua karya ini berdasarkan Ihya dan Bidayat Al-Hidayah'nya Ghazali, dengan tambahan bahan dari berbagai kitab tasawwuf lainnya.[2] Ia lama sekali menetap di Makkah, dan barangkali orang Indonesia pertama yang mendapat ijaza untuk mengajar tarekat Sammaniyah. Setelah mendapat ijazah dari pendiri tarekat, Syaikh Samman sendiri, ia kemudian mengajarkannya kepada orang Indonesia lainnya yang berada di Makkah, terutama kepada orang yang berasal dari kota kelahirannya Palembang. Uraian mengenai tarekat Sammaniyah terdapat dalam Hidayat Al-Salikin dan dalam Ratib `Abd Al-Samad yang ia karang.

Namun Syaikh Abdussamad ternyata tidak menulis karya tasawwuf saja. Ia pula mengarang sebuah risalah berbahasa Arab mengenai jihad, Nashihat Al-Muslimin wa Tadzkirat al-Mu'minin fi Fadha'il Al-Jihad fi Sabil Allah. Yang lebih menarik lagi, ia juga telah menulis surat kepada Sultan Mataram (Hamengkubuwono I) dan Susuhunan Prabu Jaka (putra Amangkurat IV) yang dapat dianggap dorongan untuk terus berjihad melawan orang kafir, sebagaimana dilakukan para sultan Mataram sebelumnya.[3] Syaikh Abdussamad, rupanya, seorang sufi yang tidak mengabaikan urusan dunia, bahkan mungkin boleh disebut militan. Tidak mengherankan kalau murid-muridnya yang ahli tarekat juga siap untuk berjihad fisik.

Syaikh Abdussamad bukan ahli tarekat Indonesia pertama yang bersemangat jihad melawan penjajah non-Muslim. Lebih dari satu abad sebelumnya, terdapat seorang ahli tarekat berpengaruh yang pernah berperan sebagai pemimpin gerilya melawan Kompeni. Tidak lain, tokoh ini adalah Syaikh Yusuf Makassar, yang mendapat gelar "al-Taj al-Khalwati". Hingga kini, tarekat Khalwatiyah yang ia bawa ke Nusantara masih tetap berakar di Sulawesi Selatan. Syaikh Yusuf lahir di kerajaan Goa dan pada usia muda merambah ke tanah Arab untuk mencari ilmu. Ia berguru kepada berbagai guru kenamaan dan menerima ijazah untuk mengamalkan dan mengajar sejumlah tarekat - selain tarekat Khalwatiyah juga Syattariyah, Naqsyabandiyah, Qadiriyah dan Ba'alawiyah. Sekembalinya dari Timur Tengah, Syaikh Yusuf tidak mau menetap di Goa, yang telah ditaklukkan oleh Kompeni Belanda, melainkan memilih hidup di Banten, yang belum dikuasai Belanda dan kala itu merupakan salah satu pusat budaya Islam terpenting di Nusantara.

Dalam rentang waktu pendek Syaikh Yusuf telah menebarkan pengaruh luar biasa di Banten. Ia menjadi penasehat utama Sultan Ageng Tirtayasa dan diambil menantu olehnya. Kedudukannya bertambah kokoh dengan adanya ratusan orang Bugis dan Makassar di Banten, yang menjadi tulang punggung tentara dan armada Banten pada saat itu. Mereka membanggakan putra daerah mereka yang dianggap waliyullah dan menjadi pengikutnya yang fanatik. Tidak semua orang di Banten senang melihat pengaruh begitu besar Syaikh Yusuf. Hubungan antara syaikh dengan putra mahkota, yang bergelar Sultan Haji, lantaran pernah ke Makkah, kian memburuk. Pada tahun 1682 Sultan Haji memberontak dan berusaha menggeser ayahnya. Ia dibantu oleh pasukan Kompeni Belanda dari Betawi, yang tentu saja mempunyai alasan tersendiri untuk campur tangan dalam urusan kerajaan tetangga, mana pada waktu itu merupakan pesaing kuat dalam perdagangan. Sultan Ageng ditangkap, tetapi Syaikh Yusuf dengan pengikut-pengikutnya berhijrah ke pegunungan. Nyaris dua tahun mereka mampu bertahan kendati diburu oleh pasukan Kompeni yang jauh lebih kuat. Syaikh Yusuf akhirnya ditangkap dan dibuang ke Ceylon, sedangkan pengikut-pengikutnya dikembalikan ke Sulawesi.[4]

Kaum tarekat: militan atau apolitik?
Dua kasus di atas menunjukkan keterlibatan tarekat dalam peperangan fisik melawan agresi penjajah. Jumlah kasus seperti ini, jika dikehendaki, dapat dideret lebih banyak lagi. Pertanyaan patut diajukan: apakah sikap militan itu memang melekat pada tarekat, atau hubungan itu kebetulan saja? Apakah ada faktor dalam ajaran, amalan dan organisasi tarekat yang mendorong kepada militansi politik? Atau contoh-contoh tadi mesti dipahami sebagai kekecualian, disebabkan situasi luar biasa, sedangkan kaum tarekat biasanya cenderung untuk menjauhkan diri dari urusan politik?

Ikhwal tasawwuf dan tarekat memang terdapat dua persepsi yang bertolak belakang. Para pejabat jajahan Belanda, Perancis, Italia dan Inggeris lazim mencurigai tarekat karena - dalam pandangan mereka - fanatisme kepada guru dengan mudah berubah menjadi fanatisme politik. Untuk ini, bukan suatu kebetulan jika kajian-kajian Barat yang pertama mengenai tarekat lebih mirip laporan penyelidikan intel daripada penelitian ilmiah.[5] Oleh karena bahaya politik yang mereka cerna, banyak pejabat telah menganjurkan larangan atau pembatasan terhadap kegiatan tarekat. Meskipun kecurigaan terhadap tarekat bukanlah monopoli pejabat kolonial. Di Republik Turki, misalnya, pada tahun 1925 semua tarekat dilarang setelah terjadi pemberontakan nasionalis Kurdi yang dipimpin oleh syaikh-syaikh tarekat Naqsyabandiyah. Larangan resmi sampai sekarang masih tetap berlaku - walaupun belakangan ini kegiatan tarekat mengalami perkembangan baru. Larangan yang lebih ketat lagi telah berlaku di (almarhum) Uni Soviet; dan di republik-republik bagian Uni Soviet yang Muslim jaringan tarekat memang telah merupakan oposisi bawah tanah yang paling penting.

Persepsi kedua, sebaliknya, menganggap perkembangan tarekat sebagai suatu gejala depolitisasi, sebagai pelarian dari tanggungjawab sosial dan politik. Dalam pandangan ini, tarekat lebih berorientasi kepada urusan ukhrawi ketimbang masalah dunia. Para pengkritik tarekat menekankan aspek asketis (zuhd) dan orientasi ukhrawi; dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan kaum tarekat konon lazim menjauhkan diri dari masyarakat (khalwah, uzlah). Kalau kalangan Islam "tradisional" (Aswaja) dianggap lebih kolot, akomodatif dan apolitik dibandingkan dengan kalangan Islam modernis, kaum tarekat dianggap paling kolot di antara yang kolot, dan yang paling menghindar dari sikap politik. Pandangan ini, seperti akan kita lihat, terlalu sederhana. Tetapi tidak dapat diingkari bahwa ada kaitan erat antara proses depolitisasi Islam (seperti yang terlihat di Indonesia selama tiga dasawarsa terakhir) dan suburnya proses perkembangan para tarekat.

Sebagai pengamatan awal kita bisa mencatat bahwa dua persepsi tentang tarekat ini berkenaan dengan situasi-situasi yang berbeda. Hampir semua kasus perlawanan fisik oleh kaum tarekat yang telah dikenal berlangsung terhadap penguasa yang bukan Muslim atau sekuler (Turki). Dalam negara Muslim merdeka jarang terjadi pemberontakan atau sikap oposisi radikal dari kalangan tarekat. Dalam hal ini, kaum tarekat tidak berbeda dari kalangan Islam "tradisional" pada umumnya. Malahan - ini merupakan pengamatan kedua - orang tarekat seringkali begitu dekat kepada penguasa. Daripada menjauhi urusan politik, syaikh-syaikh tarekat cenderung mendekati penguasa. Syaikh Yusuf Makassar menjadi penasehat dan menantu Sultan Ageng Banten; Syaikh Abdussamad melalui surat menasehati Sultan Mataram. Dan para penguasa, sebaliknya, tidak jarang mencari dukungan moral dan spiritual dari syaikh tarekat.

Syaikh dan Sultan

Tarekat Naqsyabandiyah merupakan salah satu tarekat yang paling besar, dengan cabang-cabangnya di hampir seluruh dunia Islam, menyebar dari Yugoslavia dan Mesir sampai Cina dan Indonesia. Hasil pengamatan yang telah dilakukan banyak sarjana menunjukkan bahwa syaikh-syaikh tarekat ini cenderung mendekati penguasa dan mencari pengikut di kalangan elit politik. Contoh klasik adalah Syaikh `Ubaidallah Ahrar (Khwajah Ahrar, 1404-1490), khalifah angkatan kedua dari pendiri tarekat Baha'uddin Naqsyaband. Sumber sejarah lokal menggambarkan Khwajah Ahrar sebagai seorang syaikh yang kaya raya dan sangat berpengaruh di istana dinasti Timurid di Herat (di Afghanistan sekarang). Jumlah muridnya banyak, dan mereka berasal dari semua lapisan masyarakat, secara demikian memperkokoh bobot politiknya. Ketika pada masa suksesi terjadi peperangan antara beberapa calon pengganti Sultan, pemenangnya adalah pangeran yang didukung oleh Khwajah Ahrar, Abu Sa`id. Syaikh kemudian tetap sebagi guru, penasehat dan pelindung spiritual raja Abu Sa`id dan kemudian penggantinya `Abd al-Lathif.[6] Pengaruhnya dimanfaatkan, antara lain, demi islamisasi lanjutan pemerintahan; atas desakan Khwajah Ahrarlah Abu Sa`id konon telah mengubah beberapa aturan `urfi (adat) sehingga lebih sesuai dengan syari`ah. Khalifah-khalifah Khwajah Ahrar berusaha memainkan peranan yang sama pada dinasti-dinasti lokal. Bahkan ada keturunan spiritualnya yang berhasil menjadi penguasa di Yarkand, salah satu kerajaan lokal di Asia Tengah.

Dari Asia Tengah tarekat Naqsyabandiah kemudian menyebar ke Barat (Turki Usmani) dan ke Tenggara (India Moghul), dan banyak di antara syaikhnya yang mempunyai pengaruh kuat di kalangan elit, terkadang sampai Sultan sendiri. Di Turki, Sultan Bayezid II (akhir abad ke-15) terkenal sebagai penguasa yang memiliki hubungan akrab dengan berbagai guru tarekat, sedangkan di India Sultan Aurangzeb (pertengahan abad ke-17) sedikit banyak juga dipengaruhi oleh beberapa syaikh Naqsyabandiyah. Merekalah yang punya andil dalam perubahan besar kehidupan beragama di bawah Sultan ini. Agama resmi yang diciptakan Sultan Akbar, Din-i Ilahi, yang merupakan perpaduan Islam dan Hindu, digantikan dengan Islam yang murni dan berorientasi syari`ah. Dalam salah satu surat kepada Sultan Aurangzeb, Syaikh Muhammad Ma`sum menganjurkannya untuk menunaikan jihad dalam dua dimensinya, yaitu perang melawan kafir (dalam hal ini negara tetangga Qandahar yang Syi`i) dan perang melawan nafsu.[7]

Ketika tarekat Naqsyabandiyah masuk Indonesia, terlihat pendekatan yang mirip. Syaikh Isma`il Minangkabawi, yang telah menjadi khalifah Naqsyabandiah di Makkah, kembali ke Nusantara sekitar tahun 1850 dan menjadi guru dan penasehat raja muda Riau (Yang Dipertuan Muda), Raja Ali. Waktu Syaikh Isma`il pulang ke Makkah, adik Raja Ali, Raja Abdullah, menjadi khalifahnya. Raja Abdullah kemudian menggantikan kakaknya sebagai penguasa. Setelah Raja Abdullah meninggal penggantinya, Raja Muhammad Yusuf ingin memperkuat legitimasinya sebagai penguasa dan pergi ke Makkah untuk minta ijazah khalifah Naqsyabandiyah dari Syaikh Muhammad Salih al-Zawawi.

Akan halnya sultan-sultan Pontianak, pernah menjadi murid Syaikh Muhammad Salih dan putranya Abdullah al-Zawawi. Syaikh Abdullah al-Zawawi pernah datang ke Indonesia dan tinggal di istana Pontianak dan Kutai. Di Sumatera Utara, Sultan Deli dan Pangeran Langkat pada tahun 1880-an dikenal sebagai murid tarekat Naqsyabandiyah. Syaikh Abdul Wahhab, yang berasal dari Rokan (Riau), mendirikan desa Naqsyabandiyah Babussalam di Langkat dan senantiasa mendapat perlindungan oleh istana Langkat. Di pulau Jawa tarekat Naqsyabandiyah gagal merangkul raja-raja, tetapi ada beberapa bupati yang menjadi pengikut setia. Laporan Belanda abad ke-19 mencatat bahwa guru-guru tarekat Naqsyabandiyah sengaja pada awalnya mendekati kaum bangsawan dan pamong praja, sehingga mendapat restu dari atas, dan barulah kemudian menaruh perhatian kepada lapisan masyarakat lainnya.

Pendekatan guru-guru tarekat ini terhadap sultan dan penguasa lainnya sangat bermanfaat dari sudut pandangan sang syaikh. Salah seorang ulama penentang tarekat menulis dengan nada sinis mengenai keberhasilan Syaikh Isma`il Minangkabawi di Riau: "dan itu Haji Isma`il sudah balik kembali ke negeri Makkah dengan bawa uwang terlalu banyak adanya".[8] Komentar senada sering pula terdengar terhadap ulama-ulama yang dekat pada penguasa. Dan memang saya jarang sekali bertemu dengan syaikh tarekat yang miskin. Tetapi di samping itu ada dampak lain juga. Semua syaikh yang disebut di atas juga berhasil mempengaruhi sikap beragama penguasa yang mereka dekati. Riau, Pontianak, Deli dan Langkat menjadi wilayah tempat syari`ah diindahkan, atau dalam bahasa para pejabat Hindia Belanda, penguasa setempat cenderung kepada "fanatisme". Di Cianjur masjid tiba-tiba mulai dikunjungi khalayak ramai pada tahun 1885-an setelah bupatinya masuk tarekat Naqsyabandiyah (sehingga ada pejabat yang panik dan mencurigai ada persiapan untuk pemberontakan). Di Kutai, yang budayanya masih campuran, kalangan istana dianjurkan berhenti minum minuman keras oleh Abdullah al-Zawawi, dan seterusnya.

Mengapa para sultan seringkali mengembangkan hubungan akrab dengan seorang (atau beberapa orang) syaikh tarekat dan bersedia mendengarkan nasehat-nasehatnya? Kita memang jauh lebih sering melihat ulama tarekat daripada kaum fuqaha sebagai penasehat sultan dan raja. Alasannya bermacam-macam, tapi salah satu yang penting adalah karamahnya syaikh tarekat. Kekuatan spiritual syaikh diharapkan bisa melindungi dan melestarikan kerajaan. Syaikh yang ahl al-kasyf bisa menunjukkan kapan harus perang dan kapan damai, apa hari terbaik untuk sebuah keputusan dan apa hari naas. Raja yang sadar bahwa ia telah berbuat banyak dosa mendapat ketenangan hati berkat bimbingan ruhani oleh syaikh. Kehadiran orang yang dianggap "kramat" di lingkungan istana diharapkan dengan sendirinya akan membawa berkah. Yang tidak kalah pentingnya, kehadiran syaikh bisa memperkokoh legitimasi penguasa di mata rakyat. Dalam kenyataannya, peranan syaikh di istana bisa bervariasi dari guru agama sampai jimat hidup.

Tasawwuf sebagai legitimasi politik dan sumber kesaktian
Seperti diketahui, setiap kerajaan di Nusantara memiliki dan sangat menghargai pusaka, benda-benda yang dianggap sakti. Raja-raja juga mengumpulkan orang maupun binatang yang "aneh" di sekitar mereka untuk meningkatkan kesaktian dan keabadian kerajaan. Agaknya, bukan suatu kebetulan kalau kerajaan-kerajaan Nusantara baru mulai masuk agama Islam setelah Islam mulai diwarnai ajaran tasawwuf wahdatul wujud dan tarekat-tarekat. Karya sejarah legendaris seperti Sejarah Melayu dan Babad Tanah Jawi menunjukkan bahwa raja-raja sangat tertarik kepada ajaran tasawwuf dan mempunyai penasehat yang ahli tasawwuf. Dari tasawwuf diharapkan, antara lain, kesaktian yang lebih hebat daripada kesaktian pra-Islam.

Teori tasawwuf mengenai kewalian diadaptasi sehingga banyak raja dulu mengklaim diri sebagai wali dan al-insan al-kamil. Dengan demikian konsep-konsep yang diambil dari tasawwuf digunakan sebagai pengganti legitimasi pra-Islam yang menyatakan raja sebagai Siva-Buddha atau bodhisattva.[9] Di kerajaan Buton (Sulawesi Tenggara), ajaran tasawwuf mengenai martabat tujuh (yang merupakan penyederhanaan dari teori tajalli'nya Ibnul Arabi) telah dipakai sebagai legitimasi sistim politik kerajaan itu. Proses emanasi (tajalli) diidentikkan dengan stratifikasi masyarakat. Menurut teori sufi martabat tujuh, pada tiga tahap pertama proses tajalli Tuhan bersifat tanzih (transendental, secara mutlak berbeda dari sifat-sifat alam), sedangkan empat tahap berikut (dengan sifat tasybih, immanen) merupakan manifestasiNya dalam alam semesta. Di Buton, tiga golongan bangsawan (yang dulu, agaknya, dianggap berasal dari dewata) diserupakan dengan tiga tahap tanzih itu, sedangkan empat tahap tasybih diidentikkan dengan empat lapisan masyarakat: raja, bangsawan, orang awam dan budak. Ini barangkali merupakan contoh yang paling ekstrim dari "pribumisasi" ajaran tasawwuf di Indonesia.[10]

Dalam proses islamisasi kerajaan-kerajaan Nusantara, tasawwuf dan tarekat memainkan peranan penting - walaupun dalam proses itu, ajaran tasawwuf kadang-kadang diubah. Ajaran kosmologi versi Ibn al-`Arabi dan Al-Jili, misalnya, diterapkan sebagai legitimasi tatanan masyarakat. Amalan tarekat - dzikir, wirid, ratib dan sebagainya - juga diterapkan dengan tujuan di luar tasawwuf. Orang Nusantara masa dulu sangat menaruh perhatian kepada kemampuan supranatural - kesaktian, kekebalan, kadigdayan, kanuragan dan segala ilmu gaib lainnya. Dapat dimengerti jika pada awalnya mereka menganggap amalan tarekat sebagai salah satu cara baru untuk mengembangkan kemampuan supranatural itu. Sehingga terkadang sulit membedakan antara tasawwuf dan magi. Sampai sekarang banyak aliran silat menggunakan amalan yang berasal dari tarekat-tarekat guna mengembangkan "tenaga dalam", tujuan yang sesungguhnya tidak ada sangkut pautnya dengan agama lagi. Permainan debus, yang dulu juga terkait dengan persilatan, nampak berasal dari amalan tarekat Rifa`iyah dan Qadiriyah. Dalam dunia perdukunan juga dapat ditemukan bacaan-bacaan dan cara meditasi (mujahadah, muraqabah, dsb) yang berasal dari amalan tarekat, walaupun pengetrapannya tidak jarang dikritik oleh kalangan tarekat masa kini.

Tentu saja, tarekat tidak bisa diidentikkan dengan kegiatan magi itu sendiri. Dalam sejarah tarekat terlihat, seperti dalam sejarah Islam pada umumnya, gelombang demi gelombang pemurnian. Syaikh-syaikh yang disebut di bagian depan artikel ini semuanya pada zamannya merupakan pemurni agama, dalam arti bahwa mereka berusaha menggantikan praktek-praktek lokal dengan ajaran dan amalan yang mereka peroleh di tanah Arab - termasuk penekanan kepada syari`ah. Tuntutan masyarakatlah yang senantiasa mendorong kepada penerapan "praktis" yang berbau magi. Ambillah, sebagai contoh, perkembangan tarekat Naqsyabandiyah, yang selalu syari`ah-oriented, di pulau Lombok. Pada abad lalu tarekat ini punya pengaruh besar di Lombok; penganutnya berkiblat kepada Syaikh Muhammad Salih al-Zawawi di Makkah, guru yang paling ortodoks. Sekarang tarekat ini hampir tidak dikenal lagi; tetapi waktu saya melakukan pelacakan sejarahnya, akhirnya saya bertemu dengan dua orang keturunan guru Naqsyabandiyah yang pertama. Mereka sekarang tidak dikenal lagi sebagai guru agama tetapi sebagai guru kekebalan. Amalan-amalan yang mereka ajarkan kepada pemain silat perisai di sana, ternyata tetap merupakan amalan-amalan Naqsyabandiyah!
Tetapi dalam budaya Islam Timur Tengah juga terdapat berbagai tradisi "magi Islam", yang kadangkala disebut dengan istilah hikmah dan thibb. "Ilmu" yang berasal dari budaya pra-Islam (seperti wafaq, rajah, dsb) biasanya disebut hikmah, sedangkan thibb ("pengobatan") berdasarkan fawa'id ayat Qur'an dan sebagainya.

Dua-duanya oleh kalangan luas dianggap sebagai bagian dari Islam, dan ulama-ulama besar yang ortodoks (seperti Ghazali, Suyuti, Ibn Qayyum al-Jauzi) pernah menulis kitab mengenai ilmu-ilmu ini.[11] Ilmu-ilmu ini sering melekat pada tarekat; banyak guru tarekat sekaligus punya nama sebagai ahli tibb dan/atau hikmah. Menulis jimat dan isim sudah termasuk pekerjaan biasa untuk seorang syaikh tarekat; syaikh yang tidak bisa (atau tidak mau) memberikan muridnya jimat penyelamat dapat dikatakan fenomena langka.

Tarekat dan pemberontakan
Jimat-jimat, latihan kekebalan, tenaga dalam dan kesaktian lainnya pada situasi normal hanya merupakan aspek kurang penting dalam pertarekatan (walaupun punya daya tarik kuat). Namun pada situasi tidak aman, dalam perang atau pemberontakan, aspek ini menjadi sangat menonjol. Dalam banyak kasus pemberontakan yang melibatkan tarekat, kelihatannya bukan tarekat yang memelopori pemberontakan melainkan para pemberontak yang masuk tarekat untuk memperoleh kesaktian. Dalam beberapa kasus laporan resmi menyebutkan bahwa menjelang pemberontakan orang berjubel mendatangi syaikh-syaikh tarekat yang punya nama sebagai ahli kesaktian, untuk minta dibaiat oleh mereka.

Suatu kasus yang menarik adalah pemberontakan anti-Belanda di daerah Banjarmasin sekitar tahun 1860-an. Pemberontakan itu sudah berlanjut beberapa tahun ketika seorang guru mulai mengajar amalan yang dinamakan "beratip be`amal" - barangkali suatu varian amalan tarekat Sammaniyah. Orang berbondong-bondong datang dibaiat dan diberikan jimat-jimat. Seperti dalam kasus perlawanan di Palembang, mereka berzikir dan membaca ratib sampai tidak sadar lagi dan kemudian menyerang tanpa mempedulikan bahaya. Tiba-tiba pemberontakan menjadi jauh lebih membahayakan kedudukan Belanda, dan baru mereda setelah para pemimpin serangan dari kaum beratip be`amal tewas tertembak. Dalam kasus ini tampak bahwa ada pemberontakan dulu, dan barulah kemudian tarekat dilibatkan.[12]

Pada zaman revolusi kita juga melihat fenomena yang sama. Banyak dari pemuda-pemuda yang siap berperang melawan Belanda ikut latihan silat dengan tenaga dalam. Di daerah Sukabumi, misalnya, Kiai Ahmad Sanusi sangat terkenal sebagai guru kekebalan dan silat "sambatan" (yaitu, murid-muridnya secara supranatural menguasai jurus-jurus yang tak pernah mereka pelajari). Banyak dari pemuda-pemuda yang aktif ikut dalam revolusi di daerah itu minta dibaiat olehnya.[13] Kartosuwirjo, pemimpin Darul Islam di Jawa barat, juga pernah belajar kekebalan dan silat gaib pada beberapa guru tarekat, antara lain Kiai Yusuf Tauziri.[14] Di Banten, Kiai Abdurrahim Maja, guru debus yang terkenal, memimpin sebuah lasykar Sabilillah yang konon kebal semuanya (tetapi kemudian gugur di Tangerang). Dari daerah lain kita mendengar cerita serupa.[15]

Tarekat sebagai jaringan sosial
Ada satu ciri tarekat lagi yang tak boleh diabaikan dalam pembahasan mengenai tarekat dan politik. Amalan tarekat bisa saja dilakukan secara perseorangan, tetapi biasanya murid yang telah dibaiat akan tetap menjaga hubungan khusus dengan gurunya dan juga dengan sesama murid. Kalau tempat tinggal guru tidak terlalu jauh, para murid secara teratur ikut zikir bersama dan juga cenderung bergaul lebih banyak dengan sesama "ikhwan" daripada orang lain. Seorang syaikh besar biasanya punya beberapa orang wakil (khalifah, badal), dan melalui mereka ia bisa memimpin puluhan ribu murid yang tersebar secara luas. Jaringan syaikh-syaikh dengan wakil-wakil mereka merupakan suatu organisasi informal yang kadangkala sangat berpengaruh.
Contoh klasik dari tarekat sebagai jaringan pemersatu masyarakat adalah tarekat Sanusiyah di Libya. Orang Badui di sana terdiri dari sejumlah suku yang di antaranya terdapat banyak persaingan dan peperangan. Syaikh Muhammad al-Sanusi al-Kabir dan putranya al-Mahdi melantik banyak khalifah, yang biasanya mendirikan zawiyah di perbatasan antara wilayah dua atau tiga suku dan yang sengaja berusaha agar pengikutnya tidak terdiri dari satu suku saja. Ketika terjadi perlawanan terhadap penjajah Perancis dan Italia, guru-guru tarekatlah yang bisa mengkordinir dan mempersatukan semua suku Badui. Negara Libya modern merupakan hasil perjuangan tarekat Sanusiyah (dan syaikh tarekat Sanusiyah yang ke-empat, Sayyid Muhammad Idris, menjadi raja pertama negara Libya).[16]

Di Kurdistan - wilayah yang sekarang dibagi antara Turki, Irak dan Iran - peranan pemersatu itu dimainkan oleh tarekat Naqsyabandiyah pada menghujung abad ke-19. Masyarakat Kurdi, seperti halnya masyarakat Badui, terdiri dari sejumlah suku (`asyirah) besar dan kecil. Dulu pernah ada kerajaan-kerajaan Kurdi yang mampu mengendalikan suku-suku dan pertentangan-pertentangannya, namun kerajaan-kerajaan Kurdi terakhir dibubarkan oleh negara Turki Usmani pada awal abad ke-19. Selama beberapa puluhan tahun tidak ada pemimpin Kurdi yang punya wibawa lebih luas daripada sukunya sendiri. Kekosongan itu mulai diisi oleh syaikh-syaikh tarekat. Mereka memang sudah ada sejak lama tetapi dalam situasi politik baru ini mereka mulai memainkan peranan baru. Mereka biasanya mempunyai pengikut dari berbagai suku, sehingga mereka sering menjadi perantara antara suku-suku dan wasit dalam konflik antarsuku. Pemberontakan-pemberontakan nasionalis Kurdi yang pertama, antara tahun 1880 dan 1925, hampir semua dipimpin oleh syaikh tarekat Naqsyabandiyah, karena hanya merekalah yang bisa mengkordinir suku-suku yang terus bersaing dan berkonflik.[17]

Masyarakat Indonesia (sekurang-kurangnya sukubangsa besar seperti Jawa dan Sunda) tidak terdiri dari banyak suku yang saling bersaing seperti masyarakat Arab dan Kurdi, sehingga fenomena di atas tidak ditemui dalam bentuk yang sama di sini. Walau demikian, dalam beberapa pemberontakan antikolonial terlihat tarekat memainkan peranan kordinasi dan komunikasi yang mirip. Pemberontakan Banten 1888, yang cukup dikenal berkat kajian Sartono Kartodirdjo, menggambarkan peranan itu.[18] Dalam pemberontakan tersebut tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah berperan penting, walaupun khalifah-khalifahnya barangkali tidak bertindak sebagai perencana ataupun pemimpin. Syaikh Abdulkarim Banten, pemimpin utama tarekat ini, menetap di Makkah pada masa itu dan tidak ikut berpolitik. Seorang khalifahnya, Haji Marjuki, memang sangat anti-penjajah, dan pidato-pidatonya ikut memanaskan suasana. Tetapi dalam pemberontakan sendiri Haji Marjuki tidak memainkan peranan yang menonjol. Tarekat berperan sebagai jaringan komunikasi dan kordinasi antara para pemberontak. Sesama ikhwan saling mengenal dan saling mempercayai, dan itulah yang menyebabkan para anggota tarekat menjadi kelompok inti pemberontakan ini. (Di samping itu, tentunya para pemberontak meminta jimat-jimat dan amalan untuk kekebalan pada guru tarekat pada tingkat lokal).

Jaringan tarekat, yang lebih luas daripada organisasi informal lainnya, tentu mempunyai potensi politik. Pada zaman kolonial, potensi itu berulang kali muncul dalam bentuk gerakan rakyat. Pada zaman merdeka potensi itu muncul dengan tujuan yang lain. Karena ketaatan para murid kepada syaikh mereka, para syaikh bisa menjanjikan ribuan, puluhan ribu suara menjelang pemilihan. Dengan demikian, seorang syaikh bisa merunding dengan partai-partai politik untuk mendapatkan imbalan yang cukup berarti.

Di Turki, para tarekat sampai sekarang tetap terlarang, tetapi syaikh-syaikh belakangan ini terang-terangan memainkan peranan politik yang menonjol. Demokratisasi sistem politik Turki secara bertahap sejak tahun 1945 memberikan semangat baru kepada tarekat. Dalam istilah politik Turki, tarekat-tarekat merupakan "gudang suara", dan semua partai memperebutkan gudang-gudang yang penuh suara itu. Dalam posisi tawar-menawar yang begitu kuat, para syaikh berhasil mendapatkan berbagai fasilitas. Beberapa syaikh, atau orang kepercayaan mereka, menjadi anggota parlemen, dan anakbuah-anakbuah mereka ditempatkan dalam jajaran birokrasi. Di berbagai daerah terdapat hubungan cukup erat antara syaikh dengan aparat pemerintahan yang saling menguntungkan. Secara demikian para syaikh dengan mudah memperjuangkan kepentingan-kepentingan pengikutnya dan mendapatkan berbagai jenis fasilitas untuk mereka (tender, pembangunan jalan atau saluran irigasi, listrik, pekerjaan, pendidikan,...). Perkembangan ini, tentu saja, memperkuat posisi syaikh dalam masyarakat, dan jumlah pengikut tarekat kelihatannya kini sedang naik drastis!

Di Indonesia, Golkar dan para partai politik juga sangat sadar akan potensi tarekat sebagai "gudang suara". Potensi itu telah menjadi pokok perhatian luas ketika Kiai Musta'in Romly, tokoh tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, menyatakan dukungannya terhadap Golkar pada awal dasawarsa 1970-an. Pernyataan ini menimbulkan reaksi keras dari kiai-kiai lainnya, yang menganggapnya sebagai pengkhianatan terhadap NU (yang waktu itu belum "kembali ke khitthah"). Pesantren Tebuireng memelopori usaha "penggembosan" pengaruh Kiai Musta'in. Sebagai hasil usaha ini, sebagain besar khalifah dan badalnya pindah kiblat kepada Kiai Adlan Ali, sehingga pada pemilu 1977 dan 1982 gudang suara besar itu dapat diserahkan kepada Ka'bah ketimbang pohon Beringin.

Kiai Musta'in bukan guru tarekat pertama yang ikut dalam permainan politik di Indonesia. Pada awal masa kemerdekaan Syaikh Haji Jalaluddin Bukittinggi mendirikan Partai Politik Tharikat Islam (PPTI). Guru Naqsyabandiyah ini sebelumnya adalah anggota Perti tetapi meninggalkan partai itu karena suatu konflik dengan Syaikh Sulaiman Al-Rasuli. Dalam pemilu 1955 PPTI menang 35.000 suara di Sumatera Tengah (2,2%) dan 27.000 di Sumatera Utara (1,3%).[19] Selama dasawarsa berikut, PPTI berkembang terus dan mendirikan perwakilan di berbagai propinsi lainnya. Pada masa Demokrasi Terpimpin, Syaikh Jalaluddin menjadi pendukung presiden Sukarno yang sangat setia. Kelak untuk mengikuti tuntutan keadaan, partainya diubah menjadi ormas (1961), dan kepanjangan dari PPTI diubah pula menjadi Persatuan Pembela Tharikat Islam. Pada permulaan Orde Baru, PPTI masuk Golkar, dan pada tahun 1971 menganjurkan semua anggota dan simpatisannya untuk menusuk tanda gambar Beringin. Semenjak itu PPTI merupakan "onderbouw"nya Golkar untuk tarekat. Syaikh Haji Jalaluddin sendiri meninggal dunia pada tahun 1976; organisasinya (yang pada 1975 telah pecah menjadi dua, "Pembela" dan "Pembina" Tarekat) tetap berjalan tetapi tidak lagi mempunyai pemimpin karismatik sebanding Haji Jalaluddin. PPTI sekarang merupakan organisasi Golkar untuk tarekat daripada organisasi tarekat yang mendukung Golkar.[20]

Organisasi tarekat yang mempunyai massa besar adalah Jam`iyah Ahl Al-Thariqah Al-Mu`tabarah, yang didirikan pada tahun 1957. Anggotanya terutama terdiri dari kiai-kiai tarekat Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan rata-rata adalah orang NU. Kiai Musta'in pernah dipilih sebagai ketua organisasi ini, dan setelah penyeberangannya ke Golkar Jam`iyah ini juga pecah menjadi dua. Pada muktamar yang diadakan oleh kubu non-Golkar di Semarang pada tahun 1979, kata Al-Nahdhiyah ditambah kepada nama organisasi. Perpecahan di dalam Jam`iyah tidaklah berlangsung tajam; berbagai kiai tarekat tetap menjalin hubungan dengan kedua kubu. Namun terlihat bahwa Jam`iyah'nya Kiai Musta'in (almarhum) jauh lebih kecil daripada yang Nahdhiyah.

Menarik sekali melihat bahwa ketika NU mengambil keputusan untuk meninggalkan politik praktis, justeru organisasi tarekat ini yang cenderung tetap mendukung PPP. Atau mungkin lebih tepat dikatakan bahwa Jam`iyah Ahl Al-Thariqah Al-Mu`tabarah Al-Nahdhiyah telah menjadi benteng terakhir untuk orang NU yang tetap ingin berpolitik. Kiai yang paling vokal menentang keputusan Situbondo, Syamsuri Badawi dari Tebuireng, memainkan peranan sentral dalam Jam`iyah (walaupun ia sebelumnya tidak dikenal sebagai guru tarekat). Dan politikus NU yang paling berpengalaman, Idham Chalid, aktif juga di Jam`iyah setelah ia digeser dari kepemimpinan NU pada muktamar Situbondo.[21]

Kata penutup
Tarekat-tarekat di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan pesat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu faktor penyebabnya adalah perubahan sosial yang terjadi, di mana proses modernisasi diiringi pula oleh memudarnya ikatan sosial tradisional, telah menimbulkan kekosongan emosional dan moral. Tarekat dan aliran mistisisme lain telah mampu memenuhi kebutuhan yang dirasakan orang banyak tersebut. Organisasi informal seperti itu menawarkan suasana emosional dan spiritual yang semakin sulit dicari dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, proses depolitisasi Islam beberapa dasawarsa ini mendorong umat tidak lagi menaruh perhatian pada cita-cita politik Islam tetapi kepada pengalaman ruhani dan akhlaq pribadi. Perkembangan ini turut pula menambah popularitas tarekat.

Walaupun suburnya perkembangan tarekat untuk sebagian disebabkan oleh depolitisasi Islam, namun sebagai akibat potensi politik tarekat - dalam arti terbatas, tentunya - menjadi semakin nampak. Jumlah pengikut seorang guru tarekat rata-rata jauh lebih banyak daripada pengikut kiai lainnya, dan pengaruhnya terhadap pengikutnya lebih besar. Karena gudang suara yang digenggamnya, kiai tarekat mempunyai posisi tawar menawar (dengan aparat pemerintahan atau dengan partai politik) yang kuat. Peranan mantan politisi NU dalam Jam`iyah Ahl Al-Thariqah dapat dipandang sebagai salah satu gejala depolitisasi - tetapi juga sebagai indikasi potensi politik wadah-wadah kaum tarekat.



[1] Syair ini diterbitkan oleh M.O. Woelders dalam bukunya Het Sultanaat Palembang 1811-1825 ('s Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1975). Bait-bait yang dikutip terdapat pada hal. 195-6.

[2] Lihat M. Chatib Quzwain, Mengenal Allah: Suatu Studi mengenai Ajaran Tasawuf Syaikh 'Abdus-Samad al-Palimbani (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), hal. 25-30.

[3] Quzwain, op.cit., hal. 16-17 dan 22-23.

[4] Uraian lebih lanjut mengenai kegiatan Syaikh Yusuf sebagai guru tarekat dan pemimpin gerilya dalam: Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia (Bandung: Mizan, 1992), Bab 3; dan "Tarekat Khalwatiyah di Sulawesi Selatan", dalam Martin van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat (Bandung: Mizan, 1994).

[5] Beberapa kajian "berorientasi keamanan" yang masih sering dikutip merupakan karangan pejabat Perancis di Afrika Utara: Louis Rinn, Marabouts et Khouan (Alger, 1884); A. Le Chatelier, Les Confréries du Hédjaz (Paris, 1887); O. Depont & X. Coppolani, Les Confréries Religieuses Musulmanes (Alger, 1897). Beberapa kajian Snouck Hurgronje, tentu saja, dibuat dengan orientasi sama walaupun lebih seimbang. Lihat E. Gobée & C. Adriaanse (ed), Ambtelijke Adviezen van C. Snouck Hurgronje, jilid II ('s Gravenhage: Nijhoff, 1959), hal. 1182-1221 (terjemahan Indonesia akan diterbitkan dalam seri INIS). Kajian pejabat Belanda lainnya tentang tarekat dibahas dalam Van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah, Bab 1.

[6] Jo-Ann Gross, "Multiple Roles and Perceptions of a Sufi Shaikh", dalam: Marc Gaborieau dkk. (ed), Naqshbandis: Historical Developments and Present Situation of a Muslim Mystical Order (Istanbul & Paris: Isis, 1990), hal. 109-121.

[7] Hamid Algar, "Political aspects of Naqshbandi history", dalam Gaborieau dkk. (ed), Naqshbandis, hal. 123-52.

[8] Sayyid `Utsman bin `Aqil bin Yahya al-`Alawi, Arti thariqat dengan pendek bicaranya (Betawi, 1889), hal. 9.

[9] Lihat A.C. Milner, "Islam and the Muslim State", dalam: M.B. Hooker (ed), Islam in South-East Asia (Leiden: Brill, 1983), hal. 23-49, khususnya 39-43.

[10] Lihat Pim Schoorl, "Islam, macht en ontwikkeling in het sultanaat Buton", dalam: L.B. Venema (ed), Islam en macht (Assen, Belanda: Van Gorcum, 1987), hal. 52-65.

[11] Kitab-kitab ini, tentu saja, dikenal dan dipakai oleh kalangan luas di Indonesia. Ibn Qayyum menulis Al-Thibb Al-Nabawi, Jalaluddin al-Suyuthi Al-Rahmah fi Al-Tibb wa Al-Hikmah, Imam Ghazali Al-Aufaq. Kitab hikmah yang paling terkenal di sini adalah Syams Al-Ma`arif Al-Kubra'nya Syaikh Ahmad al-Buni. Sebagian besar buku Mujarrabat telah meminjam bahan dari kitab tersebut.

[12] P.J. Veth, "Het beratip beamal in Bandjermasin", Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië, seri 3 nomor 1 (1869), hal. 331-49.

[13] Diceritakan oleh beberapa bekas pejuang daerah itu. Lihat juga pengamatan seorang pemimpin pasukan revolusi di sana: Abu Hanifah, Tales of a Revolution (Sydney: Angus and Robertson, 1972), hal. 186. Kiai Ahmad Sanusi, menurut orang setempat, tidak pernah mengajarkan salah satu tarekat tertentu, tetapi ia pernah menulis versi Sunda Manaqib Syaikh Abdulqadir Jailani, dan ilmu kekebalannya barangkali berkaitan dengan tarekat Qadiriyah. Ia juga dikenal sebagai penerjemah Qur'an dalam bahasa Sunda dan sebagai pendiri Persatuan Umat Islam Indonesia. Lihat Mohammad Iskandar, "Kyai Haji Ajengan Ahmad Sanusi: Tokoh Kyai Tradisional Jawa Barat", Pesantren XXII, no. 2, 1993, hal. 71-86.

[14] Menurut beberapa sumber lisan.

[15] Lihat juga kenang-kenangan zaman revolusi seorang anggota Korps Mahasiswa di Jawa Barat, Ir.H. Aten Suwandi, Di Bawah Lindungan Tuhan (tanpa tempat dan tahun terbit, 1984?), bab III: "Latihan untuk kekebalan". Seperti halnya tarekat-tarekat, aliran-aliran kebatinan pada masa revolusi juga aktif dengan latihan kekebalan dan silat ber"tenaga dalam". Lihat: Paul Stange, The Sumarah Movement in Javanese Mysticism (Disertasi, Universitas Wisconsin-Madison, 1980), bab 5.

[16] E.E. Evans-Pritchard, The Sanusi of Cyrenaica (Oxford University Press, 1949); Nicola A. Ziadeh, Sanusiyah, a Study of a Revivalist Movement in Islam (Leiden: Brill, 1958).

[17] Martin van Bruinessen, Agha, Shaikh and State, The Social and Political Structures of Kurdistan (London: Zed Books, 1992), bab 4: "Shaikhs: Mystics, Saints and Politicians".

[18] Sartono Kartodirdjo, The Peasants' Revolt of Banten in 1888 ('s Gravenhage: Nijhoff, 1966). Lihat juga analisa saya tentang pemberontakan Lombok 1893 dalam Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia.

[19] Alfian, Hasil Pemilihan Umum 1955 untuk Dewan Perwakilan Rakyat (Djakarta: LEKNAS, 1971). Di daerah tertentu persentase suara untuk PPTI lebih tinggi: 11% di Solok (Minangkabau) dan juga 11% di Tapanuli Selatan.

[20] Mengenai sejarah PPTI dan konflik-konflik internnya, lihat Djohan Effendi, "PPTI: Eine konfliktreiche Tarekat-Organisation", dalam: Werner Kraus (ed), Islamische mystische Bruderschaften im heutigen Indonesien (Hamburg: Institut für Asienkunde, 1990), hal. 91-100.

[21] KH. Idham Chalid sebetulnya sejak pertengahan tahun 1970-an sudah duduk sebagai Mudir Aam Jam`iyah, tetapi tidak pernah aktif selama ia masih menjabat sebagai ketua umum NU.



by :

Kamis, 12 Agustus 2010

Kahuna & Ho'oponopono

Dahulu kala di sebuah kepulauan Pasifik, ada para bijak yang menatap dunia, mengamati pola-pola alam, tingkah laku binatang dan tumbuh-tumbuhan, manusia, mereka sampai pada beberapa kesimpulan mengenai kehidupan, tentang apakah sebenarnya kehidupan itu, tentang bagaimana kehidupan ini berjalan. Mereka kemudian memberi nama pengetahuan baru ini, mereka menyebutnya Huna, Ka Huna, Rahasia, Pengetahuan Batiniah, pengetahuan tersembunyi.

Dari pengetahuan ini, mereka mengembangkan tujuh gagasan, tujuh prinsip, inilah yang akan dibahas disini. Orang yang melakukan ini, orang yang mempraktekannya disebut Kapua, mungkin sekarang dapat disamakan dengan Dukun. Mereka mempunyai cara yang sangat khas dalam memandang kehidupan ini.

1. Ike -gagasan kita menciptakan realitas kita.
2. Kalatidak ada batas
3. Makiaenergi mengalir kemana pikiran tertuju
4. Manawasekarang inilah saatnya
5. Aloha mencinta adalah berbahagia bersamanya
6. Manasemua daya datang dari dalam diri kita
7. Ponoukuran kebenaran adalah keefektifannya.

Sekarang mari kita jabarkan gagasan pertama;

Prinsip Pertama : IKE
Pada saat ini bisa dikatakan: dunia adalah seperti apa yang kita pikirkan, kehidupan kita adalah mimpi, mimpi yang kita bagikan juga pada orang lain, yang kita bagikan kepada dunia yang kita sebut dengan kenyataan, muncul dari dalam, muncul dari pikiran kita, gagasan kita, keyakinan kita dan kesenangan kita. Semua hal yang kita pikirkan menghasilkan pengalaman yang kita alami. Bahwa dari malam muncul siang hari, dari pikiran muncul kenyataan.

Bila kita ingin merubah kenyataan ini, maka kita harus merubah diri kita sendiri. Merupakan pemborosan energi mengubah dunia luar seorang diri, tetapi kalau kita benar-benar ingin mengubah dunia luar, kita harus masuk kedalam diri kita dan menemukan tempat didalam diri kita yang menciptakan dunia luar, ubahlah itu. Ubahlah gagasan itu, ubahlah keyakinan akan kekurangan menjadi keyakinan akan kemakmuran. Ini adalah Ike, bekerja dari dalam untuk menciptakan perubahan diluar. Ini adalah gagasan yang terpenting, dan semua gagasan yang akan kita bahas kemudian berpangkal dari gagasan pertama ini.


Prinsip Kedua : KALA
Kala, seperti yang sudah disebutkan, tanpa batas. Berarti kita semua saling terhubung, masing-masing diri kita terhubung satu dengan yang lain, pikiran dan tubuh, roh dan manusia, bumi dan tumbuhan juga binatang dengan awan dan langit dengan samudera. Kita semua adalah satu, kita semua saling terhubung.

Kala juga mengatakan bahwa perpecahan adalah ilusi, tetapi karena kita dapat menciptakan realitas kita sendiri dengan pikiran kita, kadang-kadang kita menciptakan pengertian, keyakinan dan perpecahan dan karena kita yakin kita berpisah, kita menciptakan penyakit. Ketika pikiran terpisah dari tubuh, kita berpikir bahwa keduanya terpisah, dengan cara itu kita menciptakan penyakit. Ketika tubuh kita, diri kita terpisah dari orang-orang disekitar kita, ketika kita menciptakan perpisahan seperti itu didalam pikiran kita dan perasaan kita, maka terdapat penyakit didalam hubungan kita. Ketika kita merasa terpisah dari bumi, karena bumi adalah sesuatu diluar diri kita, maka kita menjadi sakit, begitu pula dengan bumi. Tetapi kala mengatakan bahwa sebenarnya dibawah semua pikiran tentang perpisahan, ada kesatuan yang sebenarnya. Dan kita dapat membuang semua gagasan, perasaan dan tindakan, tingkah laku dan pikiran mengenai perpisahan, kesatuan itu muncul bersama-sama. Hubungan itu tercipta lagi, kita menjadi sehat dan utuh didalam diri kita dan dengan dunia disekita kita. Ini adalah kala, ini adalah cara menciptakan hubungan lagi, sebuah pembebasan.

Mungkin anda pernah melihatnya di Hawaii, sebagai sebuah isyarat, orang mengatakan ‘gantungkanlah dengan longgar!’ Maksudnya sangat jelas, ini berarti bahwa kalau anda terikat kuat pada sesuatu, ketika anda menciptakan tekanan, berarti anda menciptakan perpisahan, kalau anda kendor, ketika anda santai, ketika anda membiarkan sesuatu mengalir, anda bertambah sehat, hubungan dengan segala sesuatu menjadi lebih baik, dan suatu hal yang menarik terjadi, ketika anda santai dan segala sesuatu mengalir, akan lebih mudah diubah. Kala tidak mengatakan bahwa anda harus menerima sesuatu seperti apa adanya, selamanya, tanpa perubahan; kalau anda santai, anda dapat lebih mudah mengubahnya. Itulah Kala.

Prinsip Ketiga :  MAKIA
Makia, energi mengalir kemana pikiran tertuju. Manakala ada aliran energi dan perhatian, suatu peristiwa akan terjadi. Manakala anda mengarahkan perhatian anda, dan tetap memperhatikan dengan cara itu kesebuah objek atau gagasan, maka aliran energi akan membawanya. Dan berdasarkan sifat pikiran anda yang seperti itulah aliran balik energi yang akan anda terima. Jadi kalau anda berpikir secara positif mengenai dunia disekitar anda, maka energi positif akan mengalir kembali. Tetapi bila anda mengeluarkan pikiran negatif tentang dunia disekitar anda, maka akibat negatiflah yang akan anda alami. Bila anda menaruh pemikiran mengenai kelimpahan, dan menjaganya dengan konsisten, maka kelimpahan akan mengalir kedalam kehidupan anda.

Kalau anda berpikir tentang kebahagiaan dan kegembiraan secara konsisten, maka kegembiraan dan kebahagiaan mengalir kembali kedalam kehidupan anda. Dan bila anda terpaku pada kekhawatiran dan kemarahan, maka kehidupan anda akan berisi dengan kekhawatiran dan kemarahan. Kalau anda terpusat pada kekerasan, kekecewaan dan penyakit, maka kekerasan, kekecewaan dan penyakitlah yang mengalir dalam hidup anda.

Anda mempunyai kemampuan, kemahiran yang mencengangkan, disebutkan dalam ilmu pengetahuan ini, perihal memutuskan bagaimana anda akan memusatkan pikiran anda, energi anda, perhatian anda, sehingga dengan demikian merubah apa yang mengalir kembali kedalam kehidupan anda. Kesemua prinsip dari ilmu pengetahuan ini, mulai dari yang pertama, mengajari anda bagaimana melakukan perubahan dari dalam sehingga akan membuat perubahan di luar.


Prinsip keempat :  MANAWA
Manawa adalah gagasan bahwa saat ini adalah saat kekuatan atau daya. Saat ini, disini, bahwa tidak ada daya dimasa lampau, tidak ada daya dimasa mendatang, bahwa masa lalu tidak mempunyai kekuatan atas diri anda, bahwa anda adalah orang yang mempunyai kekuatan pada saat ini untuk mengubah apa yang anda pikirkan, dan kemudian, masa lampau dan pengaruh masa lampau, akan gagal menahan anda. Dari waktu ke waktu anda berjalan maju menempuh kehidupan dengan gagasan tentang diri anda sendiri dan tentang masa lampau, dan gagasan itulah, yang menciptakan realitas anda. Bila kehidupan anda penuh keindahan seperti yang dimiliki kepulauan Hawaii, maka anda menciptakan keindahan itu sekarang. Anda meningkatkan keindahan itu dengan menikmati dan menghargai keindahan itu sekarang. Bila anda berhenti menghargainya, bila anda mulai kehilangan rasa keindahan itu, maka tanah yang penuh keindahan ini juga akan kehilangan keindahannya, seperti yang terjadi di berbagai tempat di bumi kita ini. Tetapi semakin anda menghargai dan menikmatinya, anda semakin menguatkannya, anda semakin meningkatkannya.

Jadi bukannya akan menjadi apa diri anda nanti, tetapi apakah diri anda sekarang, inilah yang memciptakan apa yang anda punyai nanti pada saatnya, dan nanti, tidak terletak dihadapan anda, menanti anda bergerak maju dan membenturnya. Masa yang akan datang diciptakan pada saat sekarang ini oleh benih pikiran yang anda rencanakan saat ini. Kadang kala kita mempunyai rumput liar masa lampau, tetapi sekarang kita bisa mencabutnya, kemudian menanamkan benih baru dan menciptakan masa depan yang baru. Ketika kita terus berjalan, benih baru sudah tertanam, dan kalau suatu saat kita memutuskan untuk tidak menyukai apa yang akan dihasilkan oleh benih ini, maka setiap saat kita dapat mencabutnya dan menanam benih yang baru yang lain lagi.

Prinsip kelima : ALOHA
Satu gagasan yang paling menakjubkan dari ilmu pengetahuan ini adalah Aloha. Aloha yang seringkali diartikan dengan Halo atau selamat berpisah. Kita membicarakan Aloha yang begitu sering digunakan sehubungan dengan persahabatan, tetapi sebenarnya jauh lebih dari itu, lebih dari persahabatan, lebih dari halo dan selamat berpisah, Aloha berarti cinta, murni dan sederhana, ini adalah arti sebenarnya dari kata indah itu, cinta.

Dan bahkan lebih mendalam lagi adalah menjadi bahagia. Berbahagia bersama sesuatu atau seseorang, ini adalah sebuah temuan yang sangat istimewa, rahasia yang paling mengagumkan dari ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh masyarakat Hawaii, bahwa mencinta adalah berbahagia bersama diri anda sendiri, bersama orang lain, dengan alam disekitar anda, anda jatuh cinta, dan cinta harus dinyatakan, dan cinta selalu mengalir. Tetapi pada saat mengkritik, marah, merasa tidak senang, tidak menyukai orang disekitar anda, anda mengurangi cinta. Jadi karena cinta tidak berurusan dengan rasa sakit, cinta tidak berurusan dengan menyakiti orang lain atau merasa disakiti. Cinta adalah kebahagiaan, kegembiraan, persahabatan dan kesenangan dalam setiap hubungan, karena cinta adalah berbahagia bersamanya.

Prinsip keenam : MANA
Mana adalah sebuah kata yang sering kali disalah artikan, dianggap hanya mempunyai satu arti; energi, tetapi sebenarnya Mana adalah sebuah gagasan yang berarti daya, kekuatan Illahi, kekuatan kreatif. Konsep Mana adalah adanya satu sumber dari segala kekuatan, sumber itu mengalir melalui masing-masing diri kita. Tidak hanya melalui kita sebagai makhluk hidup, tetapi melalui bumi sendiri, melalui setiap batu, setiap pohon, setiap awan. Mana adalah kekuatan batin yang memberi segala sesuatu kreatifitas.

Mana adalah kekuatan gelombang laut yang bergulung menuju pantai, mana adalah kekuatan angin yang mendukung awan dan burung-burung, Mana adalah kekuatan bebatuan yang kuat dan seimbang, Mana adalah kekuatan manusia untuk menjadi kreatif, dengan cara mereka sendiri yang unik. Mana adalah sumber kekuatan yang berasal dari luar diri kita yang melampaui kekuatan kita.

Semua keberadaan kita berasal dari sumber yang sama, ketika kita berpikir bahwa segala sesuatu itu mempunyai kekuatan, apakah itu alam, apakah itu orang lain, apakah itu roh, apakah itu yang kita sangka mempunyai kekuatan melebihi hidup yang sedang kita jalani, semua yang sedang kita lakukan, menurut ilmu pengetahuan ini, mengurangi kekuatan kita sendiri.

Mana adalah kekuatan untuk melakukan sesuatu, untuk menjadi kreatif. Mana adalah kekuatan didalam setiap benda, didalam setiap orang, dan menjadi dirinya sendiri yang paling potensial. Semakin kita membiarkan diri kita merasakan kekuatan itu, menggunakannya, merasa berhak atasnya, maka kita memiliki kekuatan untuk membuat diri kita menemukan potensinya yang paling tinggi.

Prinsip ketujuh : PONO
Disini dikatakan bahwa ukuran kebenaran adalah efektifitasnya, selalu ada cara lain untuk melakukan segala sesuatu, kita tidak pernah benar-benar tergantung pada suatu cara, tidak ada sebuah cara untuk segala sesuatu, tidak hanya ada satu kebenaran, tidak hanya ada satu metoda, satu teknik, satu jenis obat, satu cara untuk menyembuhkan, satu cara agar bahagia, tidak hanya ada satu orang saja yang bisa membuat kita bahagia. Ada sangat banyak sekali cara untuk mencapai tujuan kita, untuk menjadi bahagia, menikmati hidup. Ini yang disebut Pono. Selalu ada jalan lain untuk melakukan sesuatu.

Gagasan ini kemudian diikuti oleh prinsip bahwa rencana kita bukanlah sesuatu yang keramat. Tujuan kita mungkin saja keramat, tetapi cara mencapainya tidak. Bila kita ingin mencapai suatu tujuan, bagaimanapun anda harus menggunakan cara yang sesuai dengan tujuan tersebut.

Bila kita ingin menciptakan kedamaian, maka anda harus menciapainya dengan cara yang penuh kedamaian. Karena anda tidak akan pernah memperoleh kedamaian dengan cara kekerasan, dengan kekerasan anda hanya akan memperoleh kekerasan yang lebih parah, sampai nanti suatu saat orang akan bosan dengan kekerasan lalu bersatu dan menggunakan cara yang penuh kedamaian untuk mencapai perdamaian. Tetapi bila kita memulai kedamaian itu didalam diri kita, maka kita akan menuju kedamaian didalam kehidupan kita, ini adalah benar-benar merupakan suatu kebenaran yang praktis. Cara hidup yang praktis, berdamai dengan diri kita sendiri, dan dengan orang lain.

Ini semua adalah prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang telah dipraktekkan oleh Kapua, ilmu ini disebut Kahuna, ilmu yang berasal dari kepualauan di Pasifik. Ilmu kebijaksanaan untuk dibagikan kepada yang menghendaki, bila anda ingin mempergunakannya, ambil bagian mana saja yang anda sukai, ambil dan pergunakanlah dalam kehidupan anda. Aloha.

HO’OPONOPONO
Proses pengampunan yang paling kuat yang dapat ditemui adalah Ho’oponopono. Secara sederhana, Ho’oponopono berarti ‘membuat sesuatu menjadi benar’ atau ‘memperbaiki suatu kesalahan’, menurut orang Hawaii kuno, kesalahan berasal dari pikiran yang dinodai oleh ingatan masa lalu yang menyakitkan. Ho’oponopono menawarkan suatu cara untuk melepaskan energi pikiran yang menyakitkan atau kesalahan yang menyebabkan ketidak seimbangan dan penyakit.

Orang Hawaii kuno, psikolog dan psikiater ternama, menambahkan sebuah pendekatan psiko-spiritual unutk membuka kekuatan pikiran yang sangat kuat yang disebut Ho’oponopono. Mereka menggunakan pendekatan dinamis ini untuk melepaskan pengaruh negatif dari tindakan masa lalu dan masa kini dalam hidup dengan membersihkan secara spiritual, mental dan fisik melalui proses pertobatan, pengampunan dan transmutasi.

Ho’oponopono merupakan bagian yang tak terpisahkan dari filsafat dan cara hidup mereka. Proses ini menembus setiap jaringan keberadaan mereka – hubungan keluarga dan kegiatan mereka, pendidikan dan pelatihan anak-anak, nilai-nilai sosial, interaksi dan hubungan mereka dengan alam dan kosmos.

Huna adalah istilah Hawaii yang berarti “Tersembunyi” dan berhubungan dengan filsafat dan metoda yang dipergunakan oleh para mistik dan penyembuh sebelum zaman kristen Hawaii. Berasal dari akar kata bahasa Hawaii kuno “Ho’omana mana” yang berarti “menciptakan daya hidup”.

Perjalanan spiritual
Ohana adalah bahasa Hawaii untuk komunitas, biasanya dihubungkan dengan sebuah komunitas pedesaan. Orang Hawaii jaman dahulu mengembangkan ritual mistik dan teknik penyembuhan untuk kesehatan dan keharmonisan Ohana mereka. Disini akan digambarkan kehidupan sebuah Ohana, tetapi mula-mula, santailah, tarik nafas dalam-dalam, bayangkan Anda berada disuatu zaman dan tempat yang berbeda – bayangkan anda berada di masa lalu – bertahun-tahun yang lampau – disebuah desa kecil di Hawaii, Di mana kita hidup bersama didalam sebuah komunitas kecil, dikelilingi oleh suasana misterius dan samudera yang tanpa batas. Kita telah saling mengenal sejak lahir, dan kebanyakan dari kita adalah kerabat. Kita yakin bahwa kita berasal dari dewa yang sama, kita saling mengetahui kemampuan kita masing-masing didalam Ohana kita, juga kita tahu kesulitan-kesulitan dan persoalan mereka. Tujuan utama kita adalah hidup dalam keharmonisan.

Kebijaksanaan dasar kita adalah Aloha, yang secara harafiah berarti “kami saling berbagi nafas kehidupan” – dan kita saling berbagi dalam segala hal. Termasuk dalam Aloha adalah menerima dan menghargai setiap orang dalam komunitas, saling memaafkan (kala) merupakan bagian penting dalam ritual kita sehari-hari.

Kita menghormati dan berterima kasih kepada leluhur kita (kupuna), kepada dewa-dewa kita (akua) dan kepada roh pelindung (aumakua) kita atas apa yang telah kita nikmati. Masing-masing kita mempunyai roh pelindung dan setiap roh pelindung merupakan bagian dari roh pelindung Ohana (Po’e aumakua) yang melindungi komunitas dan lingkungan kita.

Kadang-kadang kita memohon bantuan pada para leluhur atau roh pelindung, dan mereka seringkali mengunjungi kita dalam mimpi, kita mempunyai para tetua yang bijaksana (kahuna) untuk membantu dan membimbing kita. Kita mendambakan keharmonisan diantara kita sendiri, dengan alam, dengan suku tetangga, dan dengan dunia roh. Pemimpin kita (Ali’i) adalah prajurit yang paling bijaksana dan paling berani, mereka mewakili stabilitas dan ketertiban dalam Ohana kita.

Kehidupan sehari-hari kita adalah agama kita, jadi kita menggunakan berbagai ritual untuk melindungi dan menolong diri kita. Kita penuh kehati-hatian agar tidak mengganggu roh-roh, sebaliknya kita berusaha menyenangkannya. Para tetua kita membantu kita dengan memberitahukan mana yang benar dan apa yang dilarang (kapu). Kami membutuhkan energi kehidupan (mana) untuk semua kegiatan, kita menciptakan energi kehidupan ini (ho’o mana) dengan hidup benar. Kita menggunakan upacara khusus untuk mendapatkan energi tertinggi (Ho’omana mana), untuk tugas khusus menyembuhkan dan kekuatan, dengan bimbingan para tetua kita.

Kita menghormati tetua kita sebagai pengawal kebijaksanaan kita dan sebagai guru anak-anak kita, dan kita harus dengan teliti mempelajarinya. Para tetua kita juga akan memilih anak-anak kita sesuai dengan bakat khusus mereka untuk dilatih menjadi ahli Kahuna.

Kami membuat kebutuhan kita sehari-hari, atau berdagang untuk memperolehnya, tetapi kami membuat Canoe dan rumah dengan gotong royong. Kami sering berburu dan bekerja bersama-sama, dan kami dapat berkomunikasi tanpa kata-kata dengan baik. Kami sangat peka terhadap detail dan mengetahui siapa yang berada disuatu tempat atau kalau ada orang asing lewat. Navigator kahuna kita mengenal setiap bintang dan hal-hal baru lainnya, pada malam yang berawan, jauh ditengah lautan, mereka dapat memandu hanya dengan mengecap air laut. Adanya suatu penyakit menandakan ketidakseimbangan di Ohana kita, mungkin orang yang menderita sakit ini telah menyakiti hati seorang anggota keluarga, seorang leluhur atau roh. Kita menyembuhkan penyakit dengan ramuan tumbuh-tumbuhan dan upacara pengampunan (ho’oponopono) dan pengetahuan terpendam (huna) dari ahli penyembuh kami. Kami ingin diterima dan dihargai oleh anggota Ohana lainnya. Bila kami mengundang anda kedalam Ohana kami, kami mempunyai beberapa peraturan sederhana; jangan menghina seorangpun tetapi hormatilah tradisi kami. Jangan melanggar tabu kami, tetapi ikutilah ritual kami. Jangan membuat roh menjadi marah, tetapi bekerja samalah dengan kami dengan harmonis satu dengan yang lain, dan tentu saja dalam keseimbangan dengan alam.

Kami yakin bahwa kami adalah manusia sejati. Anda beradab, dan mungkin bagi anda kami hanyalah manusia biadab yang bodoh, tetapi kami dapat mengajar anda bagaimana hidup dengan harmonis dengan orang lain dan bagaimana anda memperoleh keseimbangan dengan alam dan dengan semesta. Memang jumlah kami tinggal sedikit, karena banyak dari kami telah tersesat kedalam penyakit akal budi, tubuh dan roh yang menyertai peradaban anda. Kami sangat lelah – dan kami hampir punah, memang menyedihkan, karena planet kami membutuhkan cinta dan hormat kami. Kami berjuang agar tetap hidup didalam dunia yang terpencil yang tidak anda kehendaki, tetapi mungkin anda dapat membantu kami untuk pulih kembali.

Pusaka kami adalah keharmonisan dan keseimbangan, pusaka anda adalah teknologi dan informasi, dapatkah anda memikirkan untuk menyelaraskannya dengan cara mencintai kehidupan dan makhluk hidup yang ada didunia ini? Mungkin kita dapat belajar hidup berdampingan untuk menciptakan Ohana Global, sekarang belumlah terlambat….

Source :