Minggu, 16 Januari 2011

Kesaktian Mantra Gayatri

Om bhur bhuvah svah,
tat savitur varenyam,
bhargo devasya dhimahi,
dhiyo yo nah pracodayat.

artinya:
O cahaya bersinar yang telah melahirkan semua loka atau dunia kesadaran, O Tuhan yang muncul melalui sinarnya matahari sinarilah budi kami.


Inilah makna dari mantra yang memiliki semua bija-mantra yang kesemuanya melambangkan dari kekuasaan Brahman dalam cahaya suciNya. Om melambangkan Tuhan, Bhur mewakili bumi, Bhuvah melingkupi semua bagian dari daerahnya dewata-dewata dan setengah dewata sampai kepada matahari. Sedangkan Svah mewakili dimensi alam ketiga yang diketahui dengan nama svargaloka dan semua loka-loka yang cemerlang dia atasnya.

Gayatri mantra ini mempunyai getaran sangat kuat sehingga seseorang dalam pencaran rohaninya apabila tulus mengucapkan Gayatri mantra ini akan membawa kepada pencerahan bathin. Banyak buku yang mengulas bagaimana kehebatan dari Gayatri mantram tersebut, namun tidak ada guru yang bisa memberikan pelajaran secara sistematis sehingga tidak ada pegangan yang kuat bagi murid-murid untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi.

Gayatri mantram pada dasarnya bekerja secara otomatis dalam kesadaran rohani manusia. Ini di sebabkan mantram tersebut mewakili dari setiap elemen dasar manusia dan alam.

Manusia memiliki tiga bagian badan yaitu badan fisik, badan energy (aura atau cahaya) dan badan roh (atma) ketiga bagian badan ini saling terkait satu sama lainnya. Badan fisik berhubungan dengan napas dan prana, dan badan roh berhubungan dengan kesadaran Brahman.

Dijaman yang serba tidak pasti ini, banyak sekali bermunculan suatu masalah dalam kehidupan seperti contoh agama, ekonomi, sosial dan lain-lain dan yang lebih parah lagi adalah banyaknya kasus penyakit. Tidak bisa disangkal lagi bahwa jaman ini materi menjadi tujuan yang paling utama, karena materi bagi seseorang menjajanjikan sebuah kebahagiaan.

Karena pencitraan yang sangat kuat ini, banyak orang pada jaman sekarang melakukan perbuatan yang berorientasi pada harta, segala cara pun dilakukan asalkan terpenuhi nafsunya serta ambisinya. Tidak di dunia ekonomi saja terjadi seperti itu, di dunia energy pun banyak orang menggunakan kekuatan mistik hitam untuk mencelakai secara halus, ini terlepas dari percaya atau tidak dengan hal ilmu hitam. Banyak bermunculan duku-dukun serta paranormal yang menjajanjikan serta menjual berbagai macam kebolehan serta asesories untuk kedigjayaan atau kesaktian. Apabila tidak kuat iman, bisa dipastikan jaman sekarang akan menjadi budak dari sekian pencitraan yang mencekam dalam kehidupan ini.

Lalu haruskah kita lari dari kehidupan ini dan mengasingkan diri untuk pergi ke hutan atau gua dan apakah kita mengambil jalan singkat bunuh diri? Kedua-duanya adalah jalan yang konyol, kita harus menghadapi gelombang badai tersebut, namun dengan cara yang sangat halus serta bijak.

Apa yang disebut dengan suara karena kita mempunyai otak serta indra mata. Anadaikan saja seseorang buta dan tuli sejak lahir pasti baginya dunia ini tidak ada, inilah yang disebut dengan ikatan indra dengan alam sementa. Untuk bisa terhindar dari masalah tersebut, tidada jalan lain kecuali mencari masalah itu jauh ke dalam hati dan pikiran sebab di sanalah kemelut itu bercokol.

MEDITASI DENGAN GAYATRI MANTRA

Sudah dikatakan Gayatri mantram mempunyai vibrasi sangat kuat terhadap otak dan batin asalkan tahu bagaimana cara menggunakan mantra tersebut. Meditasi pada hakekatnya berhubungan dengan pikiran, kesadaran, serta spirit dan sangat dibutuhkan guru yang khusus. Apabila anda ingin menjadikan Gayatri Mantra sebagai bagian dari meditasi anda harus melakukan puasa putih(tanpa garam, dan tidak minum susu) selama dua hari untuk memohon berkat kepada Maha Dewi.

Lakukan puasa mulai hari Rabu (pagi) sampai Jumat (pagi) hanya makan nasi putih dan air putih saja dan lakukan puja Gayatri setiap pagi menghadap matahari terbit, siang hari, dan malam hari. Dalam mengucapkan Gayatri mantra enam kali untuk pagi hari, empat kali untuk siang hari, dan dua puluh sembilan kali untuk malam hari. Lakukan puasa dan puja Gayatri dengan ketulusan hati jangan memohon suatu daya-daya sakti tertentu sebab belum tentu keinginan anda akan terpenuhi. Setelah melakukan puasa dan puja gayatri selama dua hari barulah anda di perkenankan untuk melakukan meditasi ternadap Gayatri mantra sebab api spirit anda sudah menyala.

Tambahan:
Dalam penjelasannya puasa putih ini dapat dilakukan sehari saja tapi harus pada hari kelahirannya. Misalnya lahir hari Senen, maka puasa dilakukan pada Senen pagi hingga Selasa pagi.

TEORI MEDITASI

Sebelum meditasi cucilah muka, tangan, serta kaki, atau anda mandi untuk membersihkan badan dari kotoran sekaligus membuat badan menjadi segar. Duduklah dengan memakai alas dari kain, tikar, atau selimut, posisi punggung tegak lurus dan tangan diletakkan dipangkuan dalam posisi relek. Pejamkan mata, serta tenangkan pikiran berberapa detik, setelah itu ucapkan mantra "

OM Bhur, OM Bhuvah, OM Svah"

ucapkan dengan suara lambat serta santai jangan tergesa-gesa sebanyak lima kali, ini bertujuan untuk membersihkan lapisan pikiran.

Pada saat mengucapkan mantra ini arahkan pikiran pada mantra dan suara bukan pada bayangan pikiran. Setelah baca mantra selesai tutuplah mulut serta tenangkan pikiran lalu ucapkan Gayatri mantram

" OM Bhur, Bhuvah, Svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dimahi, dhiyo yo nah pracodayat"

dengan lambat dan tenang di dalam hati. Arahkan pikiran serta getaran suara mantra pada jantung, anda cukup meniatkan saja bukan membayangkan.

Meditasi dengan Gayatri mantram sangat efektif untuk berbagai macam keperluan seperti melindungi diri dari energy negatif, kecantikan, kekuatan batin, kecerdasan dan lain-lain. Kekuatan Gayatri mantra tidak bisa berfungsi apabila disertai niat kurang baik. Meditasi Gayatri mantra apabila dilakukan dengan baik serta
tulus akan banyak muncul keajaiban-keajaiban yang tidak bisa kita sangka. Gayatri mantra bukan bekerja pada maksud si meditator namun, karunia, energy, rahmat, dari Maha Devi Gayatri yang berhak menentukan. Bagaikan mobil, sang supirlah yang tahu kemana tujuan dari mobil itu, bukan tujuan dari mobil tersebut yang dituruti sang supir.

Energy Gayatri masuk dari ubun-ubun melalui tulang belakang serta menyebar keseluruh tubuh fisik, tubuh energy, dan atma. Banyak guru-guru suci yang tercerahkan mengatakan "pencerahan akan kalian dapatkan pada Gayatri mantra. Pada jaman kali yuga ini tiada yang mampu melepaskan lapisan kekotoran pikiran
selain getaran halus dari Gayatri mantra.

TIPS

Apa bila anda merasa ada sakit yang disebabkan oleh ulah niat jahat seseorang, dan kalau percaya dengan hal ini anda bisa menggunakan cara berikut ini. Sediakan air bersih , higienis, untuk diminum, lalu jemurlah air tersebut pada cahaya matahari serta cahaya bulan di malam hari. Setelah air tersebut dijemur oleh kedua unsur cahaya tersebut berdoalah pada Tuhan sambil membaca Gayatri mantram 11 kali, setiap habis membaca gayatri mantram tiupkan nafas anda pada air tersebut. Air tersebut bisa diminum atau dipakai campuran obat, mandi dan lain-lainnya. Dengan kekuatan ini segala macam bentuk energy jahat dari seseorang akan hancur oleh kekuatan dari mantra tersebut, hal ini sering terbutkti di daerah-daaerah terpencil. Ada banyak lagi cara-cara yang bisa dijadikan renungan, betapa Gayatri mantra mempu untuk menghadapi dilema dalam hidup ini.

TAMBAHAN:
Bapak Mahendra ini adalah anak seorang dukun sakti dan sering memberikan pengobatan. Sejak kecil bapak Mahendra sudah biasa bermain-main dengan ilmu gaib. Setelah besar dia memiliki bergbagai ilmu kesaktian tapi setelah dia masuk ke India, oleh gurunya di India semua ilmu kesaktian itu dihilangkan.

Source :

KAJIAN :
Sri Krishna di dalam Bhagavat-Gita bersabda kepada Sri Arjuna, bahwasanya diantara berbagai mantra, maka Gayatri Mantra adalah yang tertinggi sifatnya dan Beliau sendiri adalah pengejawantahan dari esensi mantra ini. Ada dua versi mantra Gayatri yang paling populer diantara berbagai jenis mantra-mantra Gayatri. Yang pertama adalah seperti berikut ini :
OM
BHUR, OM BWAH, OM SWAH,
Om Tat Savetur Varenyam
Bhargo Devasya Dimahi,
Dhiyo Yonah Prachodayat

Apakah mantra Gayatri ini sebenarnya dan apakah manfaatnya, sehingga sedemikian agungnya mantra ini? Konon Gayatri sendiri yang adalah manifestasi dari lima bentuk bunda alam-semesta ini bersifat maha prakriti (Maya, ilusi Ilahi). Kelima dewi ini adalah Saraswati-Laksmi-Durga-Uma dan Kali, yang membaur menjadi satu bentuk dominan di seluruh alam semesta ini, baik di alam buana-alit maupun buana-agung. Gayatri lahir dari Sang Pencipta Brahma pada awal penciptaan dunia ini yang tersirat di Veda sebagai mantra yang bersifat universal, yaitu suatu bentuk Pengagungan dari Yang Maha Kuasa dalam bentuk seorang Bunda alam-semesta itu sendiri dengan kelima bentuk kewajibanNya. Itulah sebabnya walaupun memiliki hanya satu raga, Beliau berkepala kelima dewi di atas tersebut. Dewi Saraswati adalah lambang dari ilmu pengetahuan, sastra, agama, literatur, keindahan dan seni budaya. Tanpa Beliau, manusia hidup seperti ibaratnya fauna yang tidak berbudi-pekerti. Dewi Laksmi adalah lambang dari kejayaan, kekuatan, kemakmuran dan sebagainya.

Beliau adalah shaktinya Dewa Vishnu Sang Pemelihara alam semesta ini, sedangkan Dewi Saraswati adalah shaktinya Dewa Brahma Sang Pencipta. Durga adalah berkuasa di atas segala bentuk kebatilan, asuras dan bentuk-bentuk yang bersifat iblis; barang siapa memuja Beliau dipastikan akan dijauhkan dari segala mara-bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai asura ini. Di Indonesia ada konsep yang salah mengenai Durga ini, Beliau dianggap sebagai ratunya para setan-dedemit, padahal Beliau ini menguasai mereka dan tanpa Beliau semua unsur iblis ini akan meraja-lela tidak terkendali. Di India dan di seluruh dunia Beliau adalah Dewi yang paling dipuja demi mendapatkan imbalan-imbalan duniawi, disamping Laksmi dan Dewa Ganeshya.

Dewi Uma atau Prathivi, atau Pertiwi adalah juga isteri atau shakti dari Shiva Mahadewa. Beliau adalah ibu Pertiwi ini merupakan Tuhan insan Hindu yang pertama-tama harus dipuja. Sedangkan Kali, lahir dari Shiva itu sendiri dan akhirnya “membunuh” Shiva dengan kekuatannya. Sebuah simbolisasi dari Sang Waktu (Kala dan Kali), yang maha dominan dan abadi. Dewa-dewi boleh berakhir tugas, tetapi tidak Sang Kala ataupun Sang Kali. Secara spiritual Gayatri dianggap hadir selama 9 bulan 10 hari di dalam rahim seorang ibu yang sedang mengandung, dan selama itu pula sang jabang bayi belajar akan hakikat Tuhan Yang Maha esa dengan segala fenomenaNya baik di alam bumi ini maupun di buana-agung dimana Beliau senantiasa maha hadir dimana saja. Sewaktu seorang jabang bayi lahir, ia menangis pertama kali, dan setiap bayi selalu merneriakkan uah, uah. Menurut para ahli spiritual Hindu, kata pertama yang keluar dari mulut sang bayi, bangsa apapun ia dan lahir dimanapun, ia adalah : Aum, Aum, Aum, karena tiba-tiba sang jabang bayi kehilangan Gayatri. Oleh karena itu sewaktu dibabtiskan beberapa hari kemudian, versi pertama gayatri ini oleh sang ayah akan dimanterakan di telinga sang jabang bayi, agar ia sadar kembali akan hakikat kehidupannya di dunia ini. Sayang sekali hampir semua ayah tidak sadar akan makna mantra ini, dan hampir semua pendeta yang melakukan upacara untuk si bayi ini lebih terbius dengan pembayaran yang akan diterimanya. Lambat-laun hilanglah hakikat sesungguhnya dari mantra yang teramat sakral ini. Sesungguhnya mantra yang utama ini diperuntukkan demi majunya jalan spiritual seseorang dan bukan untuk mendapatkan pahala-pahala seperti keselamatan, rezeki dan kekayaan. Dengan mengulang-ulang mantra ini seseorang akan dibersihkan dari berbagai kekotoran duniawinya, namun itu baru bisa terjadi seandainya pemahaman seseorang akan mantra ini sempurna. Kalau hanya mengulang-ulang ibarat burung beo, maka yang didapatkannya hanyalah kebodohan belaka. Pemahaman yang baik akan mantra ini akan mengungkap Sang Jati Diri yang bersemayam di dalam diri kita melalui dhyana yang berkesinambungan dan tanpa pamrih. Dan dhyana ini seharusnya dibukakan oleh seorang guru yang telah berstatus dwijati dan non-pamrih dalam segala hal. Pada saat seseorang berguru, inilah mantra Gayatri versi kedua diberikan kepadanya secara spiritual, dan ini disebutkan kelahiran kembali (kedua kalinya). Versi kedua akan kami utarakan pada keterangan-keterangan berikutnya. Biasanya untuk mendapatkan jalan dhyana ini seseorang akan diminta untuk menyiapkan dirinya menjadi vegetarian total, dan bersikap total ahimsa dan non-pamrih dalam segala hal, walaupun hidup secara duniawi secara wajar-wajar saja.

Mantra ini disebut juga dengan nama Savitri Mantra, karena sebenarnya didedikasikan ke seorang dewa yang bernama Savitr. Ada juga sebutan Savitri-gayatri di buku-buku kuno, dan mantra ini ditujukan pada zaman tersebut pada Dewa Surya secara kaidah-kaidah yang terdapat di dalam Veda, dan hal ini juga disebut sebagai Gayatri. Kaidah ini disebut:

“Om Tat-Savitur-Varenyam
Bhargo Devasya Dhimahi
Dhiyo yo Nah Pracodayat”

Konon maha mantra ini diturunkan pertama kalinya kepada manusia di bumi ini kepada Resi Visvamitra yang agung di zaman yang teramat silam. Keseluruhan mantra ini termuat dalam mandala ketiga dari Rig Veda. Mantra yang sama ini juga hadir Sukla Yajurveda dan Krishna Yajurveda. Di Bhagavat-Gita Sri Krishna bersabda bahwasanya cahaya yang meliputi surya dan chandra adalah CahayaNya semata, jadi menurut para kaum suci, ini berarti Mantra Gayatri adalah mantra pencerahan akan hakikat Yang Maha Hakiki.

Om Bhur berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Sang Bhumi.
Om Bwah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Alam-Semesta.
Om Svah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Kehampaan yang menyelimuti bumi dan alam semesta ini.

Sedangkan tiga baris mantra di atas berarti:

“Kami bersemedi ke arah Cahaya Ketuhanan Sang Surya, semoga cahaya surgawi ini menerangi aliran pikiran yang ada di dalam budhi (intelek) kami.”

Biasanya di India mantra ini disertai dengan japa pranava dan Vyahrti-S. Bagi kaum Hindu, pemujaan sehari-hari mengharuskan japa ini (sandhya-karma) agar pikiran selalau berpikir akan hal-hal yang bersifat jernih. Di Manusmrti 102 tertulis : ”Membaca japa ini di pagi hari sambil berdiri akan menghilangkan semua dosa yang disandang selama malam harinya, dan dengan berjapa di malam hari, maka semua dosa dipagi harinya akan sirna seketika”. Itulah sebabnya kedua waktu ini harus dipergunakan untuk mengingatNya dan sekaligus menyadarkan diri kita sendiri dengan maha mantra ini, bukan hanya dijapakan pada waktu berkunjung ke kuil atau ke pura saja.

Pada zaman ini Gayatri-Mantra telah sedemikian populernya diseluruh dunia sehingga selalu berkumandang dalam bentuk ratusan versi lagu, japa dan puja-puji dalam berbagai dialog yang aneh-aneh. Ada sementara resi mengatakan pranava “Om Bhur-Bvah-Svah” boleh ditambahkan atau tidakpun tidak apa-apa dalam setiap pemujaan, namun rasanya tidak akan berarti kalau tidak disertakan. Ada dua sandhya dalam sehari. Kata Sandhya berarti titik penghubung antara pagi dan malam. Dengan demikian sandhya yang pertama adalah subuh dan yang kedua adalah senja hari. Pemujaan pada pagi hari sekitar jam 4.30 s/d jam 5 pagi disebut Brahma-mahurta dan di sore hari sebaiknya pukul 6 s/d 7 sore. Setelah Islam masuk ke India, banyak orang Hindu menambahkan japa dan sembahyang pada siang hari, padahal itu tidak dianjurkan dan juga tidak dilarang.

Di masa lalu pemujaan pagi hari sambil berdiri dilakukan menghadap ke arah Timur ke Surya dan pada malam hari ke arah Barat, dan sambil memuja, seseorang akan meletakkan air di kedua tangannya yang terkatub, dan pada akhir ucapan mantranya air tersebut dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ini disebut Arghya-Pradana. Pada saat mengakhiri mantra ini, sang pemuja akan mengucapkan :”Surya adalah Sang Brahman (Asavidityo Brahma)”, kemudian ia akan melaksanakan atma-pradaksina, yaitu memutarkan badannya kearah kanan, ini mengisyaratkan bahwa sang pemuja dalam baktinya mengikuti arah Sang Surya dan dharmanya. Sekaligus berarti ia akan selalu berada dalam naungan dan tuntunan Sang Atman, Sang Jati Diri yang raganya sendiri. Pada masa tersebut Gayatri-Mantra diucapkan 10 kali pada setiap sandhya, pada saat ini sudah bebas, walaupun konon mantra ini tidak boleh diucapkan lagi setelah senja lewat. Saat ini aturan inipun sudah terkesan bebas.

Dengan mengucapkan Gayatri mantra kita sebenarnya memohon agar cahayaNya menerangi dan membebaskan kita semua dari kebatilan yang selalu mengganggu kita sepanjang hari terus-menerus tanpa henti dalam bentuk godaan-godaan duniawi yang tidak ada habis-habisnya ini.

Ribuan tahun telah silam semenjak hadirnya berbagai Veda, kemudian muncullah berbagai Sutras dan kemudian hadirlah berbagai pengertian dan penghayatan akan filosif dan ritual yang disebut agama-agama yang berorientasi ke pemujaan Vishnu, Shiva dan Shakti (Durga). Setiap agama ini menyatakan bahwasanya Gayatri adalah miliknya, dan puja ini ditujukan kepada masing-masing Ishta-dewatanya. Kemudian berkembanglah konsep Tuhan sebagai Bunda alam-semesta ribuan tahun lalu, dan hadirlah Dewi Gayatri seperti yang kita kenal sekarang ini. Banyak yang berpendapat dengan melantunkan Gayatri maka seluruh Veda-Veda telah dilantunkan olehnya. Kemudian mantra yang dianggap teramat sakti ini dipercayai sebagai mantra pembawa proteksi diri segala rintangan dan halangan, itulah sebabnya Gayatri mantra juga disebut sebagai “Mantra yang melindungi seseorang yang melantunkannya”.

Kaum Hindu di India percaya bahwa sekiranya timbul kendala atau firasat buruk pada seseorang dikala melakukan suatu usaha atau proyek tertentu, orang tersebut harus duduk berjapa Gayatri-mantra ini sebanyak 11 kali, dan seandainya masih mendapatkan firasat buruk maka dianjurkan mengulangnya sebanyak 16 kali, sesudah itu tidak akan ada aral melintang lagi.

Di India, seorang anak laki-laki diinisiasi dengan mantra Gayatri sewaktu ia masih berusia muda, dan upacara ini disebut Upanayana yang dihadiri dan diselenggarakan oleh kepala rumah tangga dan pendeta keluarga. Upacara ini di berbagai literatur Vedik disebut gayatri-diksa. Dengan menjalani upacara ini seorang anak laki-laki diinisiasi menjadi seorang penyandang Hindhu Dharma. Manu, manusia pertama menganjurkan pendiksaan ini seperti berikut; Usia 5 tahun bagi brahmana, 6 tahun bagi kshtriya, dan 8 tahun bagi seorang vaishya, maksimum usia-usia ini secara masing-masing kategori adalah 16, 22 dan 24 tahun. Biasanya anak wanita tidak didiksa, karena diksa tersebut akan berlangsung sewaktu ia menikah nanti. Bagi kaum sudra tidak disebutkan pendiksaan ini. tetapi di India masa kini banyak kriteria tersebut di atas yang telah berubah, kaum sudra sudah boleh mengikuti upacara ini berkat perjuangan Mahatma Gandhi almarhum.

Dipercayai secara shahtra vedik bahwasanya Gayatri-Diksa adalah kelahiran kedua. Orang tua melahirkan putra mereka karena menginginkannya secara bersama-sama, dan lahirnya seseorang dari rahim bundanya dianggap sebagai kelahiran fisik. Namun kelahiran kedua adalah anugerah melalui Savitri yang telah menguasai Veda-veda secara keseluruhan, dan kelahiran kedua ini dianggap kelahiran sejati, abadi dan tak pernah mati dimakan sang waktu. Sesudah diinisiasi ini seorang putra laki-laki disebut Dvija.

Sebenarnya mantra ini berisikan kalimat keempat dan kalimat ini dianggap begitu sakralnya sehingga hanya diberikan oleh seorang guru spiritual yang telah betul-betul Dvijati pada saat seseorang memasuki masa sanyasi dan dhyananya. Kalimat keempat ini hadir di Chandogya, Brhadaranyaka dan di Brahma-Sutra. Kami di Ganeshya Pooja (Shanti Griya) telah menurunkan Gayatri lengkap ini (disebut juga Maha-Gayatri) kepada sekitar 70 sishya yang menunjukkan tanda-tanda spiritual yang teramat satvik, dari antara ribuan sishya yoga ini. Prosesnya selalu terjadi secara mistis dan otomatis sehingga sang sishya akan menunjukkan gejala-gejala awal yang sangat menunjang kehadiran Gayatri-Mantra ini di dalam dirinya. Setelah mendapatkan awal inisiasi, pemuja ini akan segera menjadi vegetarian dan ahimsa, lalu mempersiapkan dirinya untuk inisiasi lengkap. Namun sidang pembaca sebaiknya tidak menghubungi kami untuk yang satu ini, karena mendapatkan Maha-Gayatri adalah proses yang teramat sulit dan sudah banyak yang menjadi gila karenanya. Itulah sebabnya para guru spiritual tidak mau menurunkannya secara sembarangan. Pada saatnya nanti seorang Hindu atau siapa saja yang telah siap mendapatkannya akan menemukan dimana saja Gayatri (Sang Dharma) berkenan. Ingat, bukan kita memilih Sang Brahman, tetapi beliaulah yang memilih kita semua.

Para wanita di masa lampau seperti di masa kini, selalu melantunkan mantra Gayatri secara bebas, dan pada zaman tersebut merekapun melaksanakan upacara Upayana, namun dewasa ini wanita tidak perlu mengikuti upacara ini karena kelahiran kedua seorang wanita adalah sewaktu ia menikah dengan purushanya. Menurut para resi seorang wanita lebih efektif dibandingkan dengan seorang pria seandainya ia berjapa Gayatri-Mantra karena efeknya terasa ke seluruh keluarga dan relasi di rumah-tangganya termasuk janin-janin yang dikandungnya.

Seorang resi guru Chinmaya pernah menulis dan menyebarkan sebuah karya yang disebut Devaprayaga yang dikomentari oleh Sri Shankara Acharya secara pribadi, karya ini sudah tua dan langka, namun dengan bantuan guru tersebut di atas dapat diterjemahkan seperti berikut ini:

Arti dari wacana Gayatri

Gayatri sudha pratyag-Brahma-aikya-bodhika

1. Mantra Gayatri mengindikasikan ilmu pengetahuan yang terutama akan hakikat penyatuan dengan Sang Atman yang hadir di dalam diri kita dan Yang Maha Hadir di mana saja.

2. Yang mengetahui akan segala bentuk budhi (intelek) yaitu Yang Menerangi semua bentuk pikiran dan hadir di semua bentuk intelek, yang merupakan Saksi dari semua bentuk budhi …. Ialah Sang Jati Diri yang disiratkan oleh Mantra Gayatri.

3. Maha Brahma, Realitas transedental yang Hakiki adalah merupakan Sang Jati Diri itu semata-mata, dengan mejapakan Gayatri, Beliau akan bangkit (di dalam diri kita). Sang Atman ini diindikasikan di Mantra Gayatri sebagai Sang Surya (Savitur).

4. Kata “tat” disini mengartikan yang maha hadir, Sang Atman di dalam diri kita, yang bukan tidak dan bukan lain adalah Sang Atman di dalam semuanya, yaitu Yang Maha Atman (Param Brahma).

5. Kata surya (Savitur) bermakna Tunggal, yaitu satu substratum bagi semua pengalaman delusi yang berbasiskan pruralitas dan juga berbagai permainan ilusi di medan penciptaan ini, termasuk juga dalam tahap pemeliharaan dan penghancurannya (kiamat, pralaya).

6. Kata “Varenyam” (Yang dipuja-puji, Yang dikagumi) berarti Dia (Itu) yang dituju setiap insan (semuanya), Yang bersifat ananda-rupam (rahmat, berkah yang tidak ada batasnya).

(kata ini pada saat berjapa harus dilantunkan sebagai Varenyam)

7. Kata “Bhargah” berarti yang menghancurkan semua bentuk kebodohan, ketidak-sempurnaan yang dipancarkan oleh kekurang-pengetahuan akan pemahaman Sang Ralitas. Dimana hasil-hasil kebodohan tersebut dihancurkan, maka di situ akan hadir kesadaran akan Realitas Yang Maha Esa secara segera.

8. “Devashya” (Cahaya) di sini bermakna kesadaran yang senantiasa hadir, menerangi baik di dalam maupun di luar, di tiga tahap (alam) ….. kesadaran, alam-mimpi dan alam tidur-lelap.

9. Yang adalah sifatKu yang murni, yaitu AtmanKu, adalah tidak lain tetapi Berkah yang terutama, substratum untuk semuanya, jauh diluar berbagai penderitaan dan tragedi, bersinar sendiri, bersifat kesadaran yang murni, yaitu Brahman Itu Sendiri.

10. Kata “Dhimahi” berarti yang menjadi tujuan meditasi kami, berasal dari konstruksi di Veda.

11. Sekarang jelaslah sudah bahwa Mantra-Gayatri ini mengindikasikan kesadaran dan kebangkitan (dalam arti yang dalam) dalam diri kita agar kita faham akan Hakikat Hyang Tunggal yang menghidupi setiap makhluk.

12. Di dalam daftar kata-kata vedik, maka kata-kata Bhuh (Bhur), Bhuvah (Bhvah), Svah, Mahah, Janah, Tapah dan Satyam, semuanya berjumlah tujuh disebut “Vyahrti-S”. Dari ke tujuh kata-kata ini, hanya tiga kata pertama dipergunakan untuk pemujaan sehari-harinya. Semuanya pada hakikatnya mengindikasikan Hakikat Brahman Yang Maha Abadi.

13. “Bhuh” mengindikasikan keabadian. Yaitu Yang Maha Hadir di setiap periode sang waktu, Yang Maha Suci, Yang Senantiasa Merdeka, Yang bersifat eksistensi murni di dalam setiap bentuk.

14. Kata “Bhuvah” menyiratkan makna dari kesadaran yang murni, kata ini berasal dari imajinasi, yang menyiratkan akan kehadiran kesadaran yang menerangi berbagai pikiran kita.

15. Kata “Svah” sebagai vyahrti bermakna : realitas terutama dari seseorang itu sendiri, karena apa yang dituju secara amat sangat oleh setiap ciptaan adalah Sang Jati Diri kita sendiri.

16. Kata “Mahah” berasal dari kata megah yang berarti Yang Dipuja, yang secara langsung berarti Yang Maha Megah atau Yang Maha Dipuja yaitu Sang Jati Diri Yang Maha Utama.

17. Vyahrti “Janah” bermakna: Mencipta, yang berarti Yang Maha Pencipta dari mana berasal semua bentuk nama dan rupa, baik yang berada di dalam maupun di luar.

18. Kata “Tapah” bermakna: Penuh dengan terang-benderang, kecemerlangan, yang tak terhingga. Sang Jati Diri sebagai bentuk kesadaran adalah satu-satunya yang merupakan sumber semua cahaya di alam-semesta ini.

19. Kata “Satyam” bermakna: Sebuah tahap yang jauh sekali dari jangkauan berbagai keterbatasan seperti penderitaan dan berbagai penyakit.

20. Ketujuh Vyahrti-S diterangkan dan disebut sebagai tujuh loka, yaitu tujuh bentuk kesadaran atau pengalaman.

(juga berarti 7 cakra utama di raga setiap manusia, ini adalah sendi-sendi buana-alit kita yang berhubungan dengan 7 loka di alam-semesta (buana-agung). Fenomena ini hanya bisa difahami oleh seorang sishya dibawah bimbingan guru yang telah dwijati secara murni).

21. “Etad-uktam bhavati”. Kata-kata ini bermakna: Oleh karena itu semenjak semula kami telah mengindikasikan bahwasanya Gayatri adalah pengejawantahan dari Realitas Yang Maha Utama, yaitu Sang Brahman.

22. Sang Jati Diri, Yang adalah eksistensi murni, adalah makna yang disirat dan diindikasikan oleh Mantra-Mantra Veda OM, yang menunjuk ke Brahman. Ketujuh loka juga menjabarkan makna dari OM dan yang dimaksud ini adalah Sang Brahman itu sendiri, dan bukan yang lain-lainnya, sebenar-benarnya hanya Beliau satu-satunya yang eksis.

23. Demikianlah, ketujuh Vyahrti-S menunjuk, dengan seluruh makna dan isi kandungan mereka, ke arah Sang Brahman, Sang Jati Diri (Atman) dalam kesemuanya.

OM SHANTI SHANTI SHANTI

OM TAT SAT

Disarikan oleh mohan m. s.
Source :

VIDEO MANTRA GAYATRI