Minggu, 13 Juni 2010

Leak, Pengiwa dan Kundalini


Ilmu Menuju Jalan Kesempurnaan Mencapai Moksa

Leak Sari, Ada beberapa hal harus diketahui oleh masyarakat Bali, bahwa ajaran pengiwa merupakan ajaran yang harus dihormati. Karena di Bali sendiri pengiwa merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Ini tidak bisa dilepaskan dari tata keagamaan yang ada di tengah masyarakat. Pengiwa sendiri merupakan ilmu menuju jalan kesempurnaan, asalkan dijalankan secara tekun. Pengiwa sendiri bagian dari ilmu tantra bairawa yakni kekuatan (energi) dan mantra (kekuatan pikiran). Tidak hanya pengiwa saja, semestinya penengen dan pengiwa ini merupakan lambang kiwa tengen atau unsur positif dan negatif yang saling berhubungan. Ini merupakan ajaran paham Çiwa yang lebih menekankan pada energi dan mantra. Ini simbul kekuatan alam yang ada pada diri manusia yang harus diolah, tidak semua orang bisa mempelajarinya karena ada beberapa persyaratan yang harus dilaksanakan tidak asal mempelajarinya.

Di Bali sendiri ada beberapa sumber sastra tentang ke pengiwan seperti kala tatwa, dhurga murti tatwa, serta bhairawa tatwa. Disana termuat bagiamana cara mempelajarinya. Sedangkan tentang pengeleakan sendiri bagian dari pengiwa yang prosesnya cukup lama dan orang yang mempelajarinya pun tidak sembarangan. Memang di masyarakat sering mengidentikkan ngeleak dengan ilmu hitam. Padahal tidak seperti itu. Ngeleak sendiri merupakan ilmu kekuatan energi yang bersumberkan pada ilmu Dhurga. Dhurga dalam artian sebagai Bhairawi yaitu ilmu kekuatan kiri Dhurga.

Zaman dulu ilmu kesaktian sangat dibutuhkan untuk membentengi daerah atau kerajaan dari serangan luar. Dalam mempelajarinya tidak asal-asalan, melainkan membutuhkan pengendalian diri yang sangat kuat. Haruslah orang-orang yang tahu tentang hakekat kesucian diri karena ngeleak dalam prosesnya membutuhkan kesabaran bagi yang mempelajarinya. Apapun ilmu yang kita pelajari yang bersumberkan pada sastra agama harus secara kesucian hati tanpa ada ambisi di dalamnya, begitupun juga dengan ngeleak. Jangan selalu menganggap ngeleak itu sama dengan ilmu hitam dan menyakiti orang. Ilmu hitam dan cencerung berbuat jahat adalah desti, teluh, terangjana, maupun yang lainnya. Inilah ilmu hitam yang dikatakan menyakiti orang. Biasanya orang yang melakukan ini karena dendam, iri hati, ambisi untuk menguasai, inilah yang cukup berbahaya. Sedang ngeleak sendiri tidak berbahaya ilmu berhubungan dengan kekuatan sastra yang sering disebut pancaksara maupun dasaksara. Orang yang memberikan ilmu ini tidaklah sembarangan, karena ilmu ini cukup berat, harus betul-betul murni, kalau tidak akan membahayakan diri sendiri. Karena semua ilmu yang ada seperti pisau bermata dua, kalau bisa kita tahan akan godaan maka ilmu itu akan membantu kita tidak sangat membahayakan kita sendiri dengan akibat yang fatal. Jika orang yang mempelajari ilmu leak kalau sudah tahap sempurna disebut leak sari, biasanya orang yang sudah mencapai leak sari perilakunya sangat berbeda dengan orang lain, dia nampak biasa-biasa saja, dia sendiri pun sudah tahu kapan kembali dan menyatu kepada sang pencipta.

Sedangkan hubungan hari kelahiran dengan kemungkinan pengaruh desti itu ada. Karena setiap kelahiran tidak terlepas dari hari baik dan buruk, ini merupakan lingkaran alam makro dan mikro. Desti itu tidak selalu penyakit yang berhubungan dengan gaib saja, tapi bisa menjadi perilaku pada manusia itu sendiri. Namun tidak usah khawatir yang berlebihan karena Beliaulah (Tuhan) yang menentukan lahir, hidup dan mati manusia, kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Biasanya yang cukup keras destinya adalah orang yang lahir di dewanya Dhurga. Bagi jiwanya yang lemah akan lebih mudah terkena desti, bagi orang yang senang mempelajari ilmu kawisesan maka ia menjadi sakti atau lebih cepat dibandingkan yang lainnya.

Untuk meminimalisir ialah dengan cara bayuh oton dan selalu eling (ingat) kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan sering berdoa setiap hari, kemungkinan kena pengaruh buruk akan lebih kecil.

Kebenaran amunyin bebai atau suara gaib desti, jangan selalu mempercayainya. Harus hati-hati kita menanggapinya, karena ini sangat membahayakan kita sendiri dan keluarga. Karena sering sekali bebai mengelabui kita, membohongi kita sehingga sering sekali kita diadu domba. Sehingga kita berkeluarga atau bersaudara akan menjadi rusak. Apalagi bebainya kelas tinggi. Bebai ini sangat pintar untuk berbohong, untuk itu jangan selalu mempercayainya harus difilter. Serahkanlah pada yang ahlinya.

Api Suci Kundalini



Kundalini merupakan salah satu keagungan pengetahuan dari Pertapaan Chandra Parwata yang telah terbukti mampu mengantarkan para Yogi-Yogini mencapai Moksa yaitu merupakan tujuan utama manusia dilahirkan ke dunia ini. Namun, dalam perjalanan mengarungi samudra kehidupan ini, manusia sering tersesat tidak tentu arah. Manusia hanya mengejar materi, kedudukan, kekuasaan, dan hal-hal duniawi lainnya.

Kundalini merupakan kekuatan suci yang sangat luar biasa yang ada pada diri manusia, yang mana telah terbukti mampu mengantarkan para Yogi dan Yogini terdahulu mencapai kesempurnaan yoga dan mencapai Moksa. Kebanyakan manusia tidak menyadari dan tidak mengenal keberadaan Kundalini. Pada orang yang demikian, hakikatnya Kundalini berada dalam keadaan tertidur sepanjang hidupnya dari lahir sampai meninggal karena tidak pernah dibangkitkan.

Api Suci Kundalini mampu melindungi manusia agar terhindar dari segala kekotoran yang akan menghambat manusia mencapai Moksa. Apabila Kundalini telah bangkit ditambah dengan kekuatan Nada Brahman, melalui nyanyian suci Ketuhanan, akan mempercepat Yogi dan Yogini mencapai Moksa, jauh lebih cepat daripada mereka yang hanya melakukan japa mantram (astawa), mudra, yoga, dan Swara Sadhana Sapta Cakra.

Untuk dapat membangkitkan Kundalini, seseorang harus melalui tahapan-tahapan tertentu yaitu :
(1). Tahap Penyucian Diri, pada tahapan ini, seseorang harus melakukan berbagai proses penyucian diri seperti : melukat, rajin sembahyang, melakukan japa, mengulang-ulang Nawa Sangga Astawa, dan lain-lain.
(2). Tahap Mengenali Diri, mulai mengenal diri sendiri baik itu kelemahan diri, kelebihan diri termasuk pula mengetahui tentang nadhi, cakra yang ada dalam diri.
(3). Tahap Selalu Dekat dengan Sang Pencipta, selalu berserah diri pada Tuhan. Pada tahapan ini dianjurkan agar mengucapkan Om 18 kali sebelum dan sesudah bangun tidur yang dinamakan “Om Awal Dan Akhir Kehidupan Dalam Sehari”.
(4). Tahap Pembangkitan Kundalini, Tahapan ini disebut dengan “Samadhi Swara Sadhana Pembangkitan Kundalini”.

Dunia ini penuh dengan konsep Rwa Bhineda dalam berbagai bentuk. Dalam lontar Kamoksan diuraikan bahwa, “Pertiwi sirep, Akasa sirep, Wulan sirep, Bayu sirep, Gni sirep, Brahma sirep, Wisnu sirep, Sambu sirep, Manusa tan sirepa, Dewa papat kawasa sirep, rat sidem Bhuana sirep”. Arti bebasnya, bumi tidur, akasa tidur, bulan tidur, bayu tidur, api tidur, Brahma tidur, Sambu tidur, hanya manusia yang tidak tidur, Empat Dewa juga bisa tidur, demikian juga raja dunia juga tidur”. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua yang berasal dari tidak ada, mereka berkembang menjadi demikian banyak. Pada akhirnya mereka akan kembali pada asalnya yaitu menjadi tiada. Hanya manusia yang terus ada (karena diliputi oleh keinginan-keinginannya/egoisme). Manusia bisa menjadi tidak ada ketika mereka mampu meneladani sifat-sifat kedewataan (suri-asuri sampat).

http://www.balisweethome.com/balivilla/bali_culture.php?culture=1

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon saran dan Komentarnya untuk perkembangan blog ini. Terima Kasih.