Minggu, 13 Juni 2010

RAJA YOGA~1/8.::Kidung Kelepasan Patanjali by Anatta::.

RAJA YOGA ~ Dasar-dasar Pemahaman dan Petunjuk-petunjuk Praktis bagi para Penekun.

Oleh:
Sri Swami Sivananda Sarasvati


FALSAFAH YOGA

Disebutkan bahwasanya penemu dari Yoga klasik adalah Hiranyagarbha Sendiri. Adalah Maharishi Patanjali yang memformulasikan pengetahuan ini dalam suatu sistem pengajaran yang diberi nama Ashtanga Yoga atau Raja Yoga. Ia membentuk salah-satu dari Shad-Darsana, Enam Sistem Filsafat Hindu Klasik. Maharshi Vyasa telah menjelaskan Yoga Sutra Patanjali dan ini telah berhasil dikembangkan lebih jauh lagi oleh seorang pujangga terpelajar yang cemerlang bernama Vachaspati Mishra, serta melalui tulisan-tulisan yang mengagumkan dari Vijñana Bhikshu.

Yoga, sepaham dengan Sankhya; mereka memegang pandangan bahwasanya ada prinsip kekal dan hadir dimana-mana, yakni Prakriti, disamping prinsip pluralitas dari Kesadaran yang juga ada dimana-mana, yaitu Purusha. Yoga juga menerima prinsip ketiga yakni: Ishvara. Kontak antara Purusha dengan Prakriti inilah menimbulkan evolusi lanjut dalam berbagai implikasinya. Purusha —karena hadirnya Aviveka (tiada berkemampuan untuk memilah)— menyangka kalau ada suatu individu ketika mengidentifikasi Prakriti beserta berbagai modifikasinya itu.

Yoga menitik-beratkan pada metode pembebasan Purusha dari belenggu Aviveka ini, melalui upaya yang benar. Oleh karena itu, Yoga Sutra lebih merupakan metode praktis, ketimbang suatu paparan filosofis semata. Sebagai suatu sistem filsafat (Darsana), ia merupakan sebuah sistem Sa-Ishvara Sankhya, dengan memasukkan ke-duapuluhlima Tattva dari Sankhya serta menambahkan satu lagi yakni: Ishvara. Dengan demikian, Yoga melengkapi karakteristiknya sebagai suatu sistem Sadhana yang bersifat praktis.

Ketika diselubungi oleh tembok penghalang kebodohan-batin (Aviveka), Purusha menyangka kalau Ia tidak sempurna, tak-lengkap, dan —secara keliru— menyangka kalau kelengkapan itu hanya bisa dicapai melalui penggabungannya dengan Prakriti. Lalu Purusha —katakanlah demikian— mulai menggapai Prakriti; dan dengan disinari oleh kesadaran-Nya, Prakriti yang tiada berdaya (lembam) itu mulai mempertunjukkan berbagai objek-objeknya secara kaleidoskopis. Purusha, disebabkan oleh Prakriti-Samyoga —penyamaan-diri dengan Prakriti, tampak ingin merasakan kenikmatan dari objek-objek ini. Ia berbuat seperti yang sudah-sudah; tampak berupaya meraih objek-objek tersebut.

Nah ... kini belenggu —walaupun sesungguhnya tidak esensial bagi Purusha—menjadi lengkap; selanjutnya, lingkaran visi serupa itu tersimpan terus. Transmigrasi dari masing-masing individu, seperti itu, adalah konsekwensi dari Aviveka beserta segala efek-efeknya. Yoga, melalui proses ilmiahnya, memotong lingkaran ini satu-per-satu dan mengantar menuju Kaivalya Moksha, yang merupakan realisasi dari Purusha (sejati), yang bebas dari Prakriti beserta segenap evolusinya itu.

Jauh dalam lubuk hati setiap orang, ada suatu keyakinan yang mendalam akan adanya Makhluk Tertinggi, kepada siapa seorang penekun spiritual (Sadhaka) berpaling untuk memohon bantuan dan bimbingan, perlindungan maupun inspirasi. Namun sang ego (Ahamkara) tidak mengijinkan ini terjadi. Padahal, hanya dengan cara melepaskan Purusha dari penjara sang ego sajalah Purusha dapat dilepaskan dari jaring Prakriti. Sang ego memang dengan bersusah-payah bisa ditundukkan melalui analisa subjektif saja; akan tetapi adalah mudah untuk membedakan ego —yang terpisah dari Purusha— bila ia dengan suka-rela menyerahkan-dirinya sebagai suatu persembahan pada altar-persembahan kepada Yang Maha Kuasa; inilah yang disebut dengan Ishvarapranidhana. Inilah hipotesa dari Yoga, sebagai tambahan dari nasehatnya agar berupaya dengan gigih dalam Sadhana-Marga —jalan laku spiritual.

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon saran dan Komentarnya untuk perkembangan blog ini. Terima Kasih.